Berbagai Cara Rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW

 


Apa salahnya merayakan Maulid Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam (SAW)? Saya pernah mendengar orang-orang berkata bahwa merayakan Maulid Nabi Nabi Muhammad SAW itu bid'ah. Bid'ah secara bahasa berasal dari akar kata dalam bahasa Arab bada'a yang berarti mengadakan (membuat) sesuatu yang baru; berlebih-lebihan dalam beribadah; tanpa adanya dalil atau contoh dari Nabi Muhammad SAW. Tapi itu hak mereka. Setiap orang berhak untuk memilih dan menentukan mana yang ternyaman bagi dirinya sendiri. Bagi saya, merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menyenangkan. 

Pada 10 Juli 2015 saya Hijrah.

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala Ali Sayyidina Muhammad. Ya Allah semoga rahmat senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad dan juga kepada Keluarga Nabi Muhammad. Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal (hari Senin) Tahun Gajah atau 570 Masehi di Kota Mekah dari pasangan Abdullah dan Aminah. Tahun 2022, hari lahir Nabi Muhammad SAW jatuh pada tanggal 8 Oktober, ditandai pula dengan tanggal merah pada penanggalan Masehi.

Hore?

Hore dong! Libur kerja, di rumah saja, atau jalan-jalan ke luar rumah.

Tapi bagaimanakah kita memaknai dan merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW sementara sebagian orang mengatakan bahwa itu bid'ah? Maulid Nabi Muhammad SAW jika dirayakan layaknya ulang tahun manusia biasa macam kita ini dengan musik-musik disko, goyang-goyang Bento, tentu tidak baik dan tidak boleh. Baginda Rasulullah SAW adalah suci dan mulia, tidak pantas hari lahirnya dirayakan dengan cara semacam itu. Kalau tidak boleh dirayakan dengan musik-musik disko, goyang-goyang, lantas bagaimana seharusnya?

1. Bersholawat

2. Mendengarkan sholawat.

3. Mendengarkan ceramah.

4. Mendengarkan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Adalah kebiasaan saya untuk mendengarkan ayat suci Al Qur'an, do'a-do'a, dan sholawat. Di mana saya mendengarkannya? Di rumah. Cukup telepon genggam atau laptop, wifi, dan video-video di Youtube. Telepon genggam yang lama (Xiaomi), sejak saya memakai telepon genggam baru bertahun-tahun lalu (Realmi), punya tugas baru, yaitu menjadi media untuk mendengar ayat suci Al Qur'an, do'a-do'a, dan sholawat. Sesekali ceramah.

Awal menikah, Buya agak heran melihat kebiasaan ini. Tapi kemudian dia menjadi terbiasa dan biasa-biasa saja setiap sore sampai malam (bahkan dibiarkan sampai pagi menjelang) salah satu telepon genggam saya aktif menayangkan video do'a-do'a mulai dari 1.000 Kali Ayat Kursi sampai sholawat, dengan volume sedang nyaris kecil, agar cukup terdengar oleh saya saja. Iya, karena saya kurang suka memakai head set atau hands free.

Sesekali Xiaomi berpindah tempat dari kamar saya ke tempat tidur Mamatua. Mamatua senang sekali mendengar ceramah terutama ceramah Mama Dede dan Ustadz Das'ad Latief. Dari tidur, bangun, sampai terlelap lagi. Alhamdulillah Mamatua terhibur dan senang sekali mendengarkan ceramah dengan tangan tetap memilin tasbih. Masya Allah. Sholat lima waktu, dzikir harian 1.000 kali, masih dilakukan Mamatua meskipun saat ini 80% di tempat tidur, 20% di kursi roda. Kata Mamatua, "Cikgu, itu ustadz lucu sekali." setelah mendengar ceramah Ustadz Das'ad Latief.

Hari ini, Maulid Nabi Muhammad SAW, sejak pagi laptop sudah memperdengarkan ceramah Ustadz Das'ad Latief. Sampai pada nyanyiannya:

Pada zaman dahulu kala, pada zaman jahiliyah, lahirlah seorang Rasul yang terakhir dan mulia. Nabi Muhammad namanya, Siti Aminah ibunya, Abdullah nama ayahnya, Madinah tempat tinggalnya. Setelah dewasa diangkat menjadi Rasul, oleh Allah yang kuasa, Pencipta alam semesta.

Asyiiik.

Sambil menulis artikel ini pun saya masih mendengar ceramah Ustadz Das'ad Latief sambil tertawa-tawa karena ciri khas beliau itu berceramah sambil melucu. Jadi ingat istilah kolombus; kelompok ibu-ibu pembungkus 😂 Serius dan santai. Ilmunya dapat, hiburannya dapat, toleransinya juga dapat. Sedangkan riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW, jika tidak mendengarkan ayat Al Qur'an, do'a-do'a, dan sholawat, pasti saya dengarkan sebelum tidur, berurutan sama kisah Abu Nawas 😁 

Suka sekali baca Buku Yang Memotivasi.

Merayakan atau tidak merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah pilihan setiap umat Islam. Yang merayakan dengan kegiatan bermanfaat, silahkan. Yang tidak setuju ya silahkan. Yang mau bilang bid'ah, silahkan. Hak asasi setiap umat Islam hehehe. Karena pada dasarnya semua umat Islam pasti mencintai Nabi Muhammad SAW. Bukan begitu?


Cheers.

2 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Kalo di Lombok, perayaan maulid lebih ramai dari idul fitri mba. Fenomena mudik justru saat maulid ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap daerah punya keunikan karakteristik kebiasaan masing-masing ya Bang Day haha. Di Ende sini yang namanya Idul Fitri pasti selalu ramai, kalau Maulid-an agak-agak sepi, palingan dulu ada tabligh akbar, tapi setelah pandemi jadi belum ada lagi. Terus palingan ibu-ibu majlis taklim bikin kegiatan... sisanya macam saya ini, palingan di rumah saja mendengarkan ceramah.

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak