PNS Bukan Satu-Satunya Pilihan

 

Orangtua selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Bukan rahasia baru jika menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang sekarang lebih akrab disebut Aparatur Sipil Negara (ASN), merupakan pilihan utama. Tentu saja orangtua lebih memilih anak-anaknya menjadi PNS karena hidup pasti terjamin (gaji bulanan sesuai pangkat/golongan), bahkan hingga setelah pensiun. Mamatua adalah salah satu contohnya. Sampai saat ini Mamatua masih menerima gaji pensiun dengan kenaikan gaji pada waktu tertentu, THR, dan gaji 13.

Mereka bukan PNS, mereka Spesialis Belakang Layar.

Baru-baru ini ramai diberitakan bahwa dari 112.513 orang yang lolos tes seleksi penerimaan CPNS tahun 2021, 100 orang mengundurkan diri. Andaikata berita ini sampai di kuping orangtua Generasi Baby Boomers (orangtua yang lahir pada rentang waktu antara 1946 sampai 1964) dan Generasi X (orangtua yang lahir pada rentang waktu 1965 sampai 1980), pasti terlontar kalimat-kalimat penyesalan. Bisa jadi penyesalan itu juga datang dari orangtua Generasi Y (orangtua yang lahir pada rentang waktu 1981 sampai 1994). 

Mari memandangnya dari dua sudut pandang.

Pertama: sudut pandang 100 orang yang mengundurkan diri. Rata-rata 100 orang yang mengundurkan diri itu masuk dalam golongan Generasi Z (lahir pada rentang waktu 1995 sampai 2010). Generasi yang dituntut untuk lebih waspada akan perkembangan zaman dan harus pandai meningkatkan kemampuan diri. Generasi Z ini sudah sangat paham tentang profesionalisme dalam bekerja. Artinya, mereka tahu bahwa keahlian tertentu harus diganjar dengan bayaran yang profesional pula. Misalnya, jika gaji PNS per bulan Rp 4.000.000, sedangkan selama ini Si Melati berprofesi sebagai videografer dengan bayaran Rp 4.000.000 per sekali kerja, maka tentu Melati lebih memilih mengundurkan diri.

Bisa juga, 100 orang yang mengundurkan diri itu tidak siap ditempatkan di lokasi yang jauh dari tempat tinggalnya. Hal ini tentu tidak bisa ditawar. Seorang PNS harus siap ditempatkan/dimutasikan di mana saja. Kenyamanan dalam bekerja harus tercipta dan/atau diciptakan kalau memang ingin mempertahankan pekerjaan sebagai abdi negara.

Kita juga tahu bahwa internet telah menjadi rumah besar lapangan pekerjaan bagi semua orang di muka bumi, terutama Generasi Z dan kelak Generasi Alpha (lahir pada rentang waktu 2011 sampai 2025). Pilihan pekerjaan di internet itu bermacam-macam dan waktu kerja fleksibel. Seorang Youtuber tidak diwajibkan masuk kantor pukul 07.30 Wita dan pulang pukul 14.00 Wita. Seorang gamer bahkan boleh tidur pagi tanpa memikirkan seragam kerja yang belum diseterika. Seorang pedagang di market place boleh melayani pelanggan bahkan hanya mengenakan kaos dan celana pendek.

Kedua: sudut pandang awam seperti saya, kalian, dan mereka 😄 Jujur, saya sendiri juga menyesal mengetahui ada 100 orang mengundurkan diri setelah dinyatakan lolos setelah mengikuti tes CPNS. Karena, dengan alasan apa pun secara rasional menjadi PNS itu impian. Hidup terjamin selama-lamanya. Ambil contoh Melati di atas. Jika memang gaji PNS Rp 4.000.000 itu dirasa tidak sebanding dengan pekerjaan/profesi selama sebelum mendaftar menjadi CPNS, bukankah dia masih tetap meraup keuntungan dengan tetap menjalankan profesinya itu? Caranya adalah dengan mempekerjakan orang lain. 

Ambil contoh yang nyata adalah keponakan saya yang dipanggil Mbak In. Dia adalah angkatan pertama tes CPNS menggunakan sistem komputerisasi di Kabupaten Ende saat itu. Sarjana Farmasi dengan profesi Apoteker itu masih tetap menjalankan bisnis cake dan catering. Pengaturan waktunya sungguh ajaib. Saya saja sampai terpana. Contoh lain ya si Thika yang saat ini bekerja di C.V. Unit Print tapi masih juga menjalankan bisnis jasa titip (jastip). Sehingga, meskipun gaji PNS itu standar nasional, para PNS masih bisa memanfaatkan waktu luang untuk berbisnis.

Korpri menegaskan bahwa tidak ada larangan bagi PNS untuk memiliki usaha sampingan. Korpri menjelaskan PNS boleh saja memiliki usaha sampingan selama tidak melanggar etika bekerja. 

Kesimpulannya adalah semua ini karena pilihan. PNS bukan satu-satunya pilihan di zaman ini. Sehingga wajar saja jika 100 orang tersebut mengundurkan diri. Hanya saja, kalau boleh saya sarankan, sebaiknya jangan mendaftarkan diri jika kelak mengundurkan diri. Berikanlah kesempatan itu kepada orang lainnya. Karena bagi orang lain, menjadi PNS masih menempati urutan nomor satu dalam daftar pencapaian hidupnya. Ketimbang membuang sepiring nasi, lebih baik diberikan kepada yang lebih membutuhkan bukan?

Sedikit melenceng dari topik kali ini. Terlintas di benak saya kalimat, "Rugi lah mengundurkan diri, PNS itu enak, setiap bulan terima gaji, pensiun juga terima gaji. Enak to?"

Ah. Tidak juga. Semua tergantung pada pribadi masing-masing orang. Non-PNS juga bisa menerima gaji pensiun. Ikuti saja jaminan pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan. Cara lainnya, non-PNS juga bisa berinvestasi. Begitu rejekinya banyak, bisa ditabung buat beli tanah dan emas (bagi saya, tanah dan emas adalah investasi terbaik). Bisa juga main deposito. Dan masih banyak lagi. Kembali lagi, semua ini karena pilihan. Dan semoga kita semua bijak dalam membuat keputusan. Karena kita sendiri yang akan menanggung resikonya.

Ayo Bangkit Dari Cengkeraman Covid-19.

Ini hanya pandangan saya sebagai awam. Kurang lebihnya, mohon maaf. Dan jangan lupa, meskipun saat ini sudah dinyatakan endemi, tapi pola hidup sehat harus tetap dijalankan. Sampai saat ini saya masih tetap pakai masker dan tetap membawa hand sanitizer. Tidak ada ruginya. Yuk ah.

Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak