Dua Bocil Lincah Itu Bernama Beti dan Momo

 


Ini adalah catatan jauh sebelum Momo menghilang dari rumah. Pun, jauh sebelum Beti meninggal dunia pada Jum'at, 5 Januari 2023. Saya tetap ingin mempublis catatan ini. Karena, Beti dan Momo adalah pelipur lara sejak gerenasi Jerusalem, King James, dan Cleopatra meninggal dunia.

🐈🐈🐈

Kucing bukan satu-satunya jenis hewan peliharaan yang ada di Pohon Tua (rumah kami). Burung, kelinci, dan ikan, pernah menemani dan menjadi penghibur Mamatua semasa hidupnya, dan tentu saja kami. Tapi kucing menjadi satu-satunya hewan peliharaan sepanjang masa yang selalu ada di Pohon Tua. Bermula dari Mila yang usianya tak panjang dan saya kuburkan di halaman depan Pohon Tua, Polar yang ditemukan Indra di SD-nya dulu, sampai Ngenge yang saya bawa pulang gara-gara hampir tertabrak angkot di Jalan Banteng.

Semua punya kenangan indah bersama kami. Saya pernah menangis berhari-hari ketika kehilangan 3 kucing yang dirawat sejak lahir gara-gara induknya mati keracunan potas. King James, Cleopatra, dan Jerusalem yang sangat saya cintai. Kami betul-betul mengurus mereka layaknya bayi manusia. Mencari susu yang tepat, botol dengan dot yang tepat, memberi susu dengan takaran sedot tertentu, sampai harus membawa mereka berkali-kali ke ESA Petshop untuk disuntik atau diberi obat oleh dokter Said, sahabat saya. Kata dokter Said, "Naluri kucing itu naluri pemburu. Biarpun di rumah selalu tersedia makanan, kadang mereka masih mencari di luar."

Tidak heran, beberapa kucing kami mati karena keracunan potas, dari makanan yang ditujukan untuk tikus ... misalnya. Makanan berpotas itu bukan berasal dari rumah kami, tapi dari rumah lain, atau dari tempat lain.

Setelah sekian lama rumah kami kehilangan kucing peliharaan, muncul Poppy pemberian Rara (cucu saya). Tapi Poppy pun meregang nyawa dengan cara yang sama. Saya frustasi. Rasanya tidak rela kalau terus-terusan seperti ini. Masihkah Allah SWT mengizinkan kami memelihara kucing?

Masih.

Suatu hari Cahyadi mengantar dua anak kucing: si hitam dan si belang. Keduanya tidak diberi nama. Saya tidak mau mengikatkan diri dengan keduanya. Betul ternyata. Si hitam menghilang setelah seminggu berada di rumah. Tinggal si belang yang ringkih itu. Semakin ke sini si ringkih ini semakin gendut. Rupanya selama ada si hitam, si belang stress karena makanannya selalu direbut si hitam. Padahal tersedia 2 mangkuk makanan dengan takaran yang sama. Setelah hidup sendirian menjadi raja di rumah, si belang semakin menunjukkan kesejahteraan. Semakin besar, semakin tebal bulunya, semakin menyenangkan, dan bikin saya jatuh cinta. Jadilah dia bernama Beti: belang tiga.

Beti hidup di dalam kandang. Dikeluarkan dari kandang hanya jika kami sedang berada di rumah. Malam hari, dia wajib masuk kandang agar tidak berkeliaran di luar rumah mencari mangsa yang tidak perlu karena makanan sehat selalu tersedia. Sampai kemudian Indra membawa pulang seekor anak kucing berbulu abu-abu. Penampakannya mengingatkan saya pada Momo dalam Avatar. Iya betul, si mungil ini diberi nama Momo.

Berdasarkan pengalaman merawat kucing, kami tahu, kehadiran Momo akan menjadi saingan sehingga bisa saja Beti melarikan diri karena ngambek. Maka tugas Indra dan Thika adalah saling memperkenalkan Beti dan Momo. Awalnya mereka saling meraung. Tapi kemudian mereka malah akrab bermain saling kejar-kejaran. Ah, Beti punya adik sekarang. Adik yang semakin lama pun semakin besar seiring Beti yang kemudian hamil dan melahirkan 3 bayi lucu. Bayi yang dirawat dengan baik oleh Beti. Tidak pernah kami biarkan Beti kelaparan alias mangkuk makanan selalu penuh. Dia sedang menyusui, butuh banyak asupan. Sesekali diberi susu murni agar perutnya baik. Sesekali saja, jika dianjurkan dokter.

Setiap pagi ketika mendengar saya membuka kunci pintu kamar, Beti dan Momo sudah menunggu di depan pintu sambil mengeong manja. Tugas saya tentu menuang makanan mereka. Oh ya, mereka sudah pintar, tidak bermain keluar Pohon Tua. Paling banter ke teras. Tidurnya pun bareng Indra di kamar. Kalau tidak Indra, ya Thika. Meskipun Momo paling suka tidur bersama saya, tapi kalau malam saya meminta Indra mengambilnya dari kasur.

Yang kami sadari adalah Beti dan Momo itu penjaga rumah sekaligus penghancur. Deretan sepatu rapi diobrak-abrik sama mereka. Mengacaunya mereka ya begitu itu. Menggaruk jok motor, menggaruk sofa, menarik taplak meja, mengacaukan deretan sepatu. Urusan makanan di atas meja, mereka tidak tertarik mengacau. Mereka selalu punya stok makanan terbaik di mangkuk.

Apa yang paling menggemaskan dari Beti dan Momo? Mereka suka menemani kami bekerja. Setiap kali menyapu, mereka akan tiduran di area yang sudah disapu. Begitu areanya pindah, mereka pun pindah mengikuti. Setiap kali saya mencuci piring, Beti selalu ada bersama saya di dapur belakang. Dia tiduran di atas lantai dapur, menemani saya mencuci piring, memperhatikan gerak-gerik saya, seakan-akan kalau saya jatuh bisa ditangkap sama dia. Kalau sudah selesai mencuci piring, Beti pun pindah dari lantai dapur, mengikuti ke mana pun saya pergi selama masih di dalam area rumah.

Sering saya berbicara pada mereka. Paham atau tidak, itu urusan nanti. Selalu saja pesan saya, "Jangan main di luar rumah ya, Beti, Momo. Main di dalam rumah saja. Jaga rumah ini. Makanan selalu ada, minum juga selalu ada. Kaliah berdua sehat-sehat selalu, ya. Jangan bikin saya patah hati ... lagi. Kecuali jika Allah SWT memang telah mencukupkan usia kalian. Temani kami."

Alhamdulillah, Allah SWT masih mengizinkan kami memelihara dan merawat Beti dan Momo.

🐈🐈🐈

Mempublis catatan ini cukup mengguncang mental saya setelah Jum'at kemarin menangis melepas kepergian Beti. Patah hati saya dibuatnya. Saat ini tugas kami adalah merawat tiga bocil, anak-anak Beti: Avatar, Mocil (Momo Cilik), dan Becil (Beti Cilik).  

Semoga mereka bertiga diberi waktu yang lebih panjang untuk menemani kami.


Cheers.


Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak