Suka Duka Migrasi ke Mode Profesional Facebook


Mode profesional di media sosial Facebook sudah bermula sejak akhir tahun 2021. Namun, mode ini baru ramai di timeline saya pada akhir 2023. Menukil dari Facebook, mode profesional bertujuan untuk berbagi pembaruan dengan pemirsa yang lebih luas dari profil pengguna, tempat pengguna terhubung dengan teman dan ekluarga. Mengaktifkan mode profesional, siapa saja di Facebook bisa mengikuti untuk melihat pembaruan publik di kabar beranda mereka, meskipun tidak berteman di Facebook. Pengguna mode profesional bisa memilih memposting konten ke pemirsa publik atau ke teman saja.

Apa yang membedakan mode profesional dengan mode umum, dan kenapa pengguna Facebook ramai-ramai bermigrasi ke mode profesional?

Monetisasi!

Monetisasi, kata bernuansa mukjizat. Sulit menghindari kata ini, termasuk saya. 

Apa yang Facebook janjikan kepada pengguna mode profesional?

Benar juga, Bikin Konten Jangan Sampai Ngoyo dan Salah Kaprah.

Yang pertama, tentu harus memenuhi persyaratan kelayakan melalui langkah-langkah yang ditetapkan oleh Facebook. Salah satunya pengguna Facebook di bawah usia 18 tahun tidak memenuhi syarat untuk melakukan monetisasi.

Yang kedua, iklan di Facebook Reels: pengguna bisa menempatkan iklan langsung di Facebook Reels yang dibagikan secara publik untuk menghasilkan uang. 

Yang ketiga, iklan In-stream: pengguna bisa memutar iklan sebelum, selama, atau sesudah video berdurasi panjang dan pendek yang memenuhi syarat di Facebook untuk menghasilkan uang.

Yang keempat, langganan: pengguna bisa memonetisasi konten yang dibagikan dengan penggemar untuk memperoleh pendapatan yang bisa diprediksi dan menciptakan koneksi yang lebih dalam dengan pemirsa.

Dan jangan lupakan bintang (seharusnya ini poin pertama sih, 😁). Bintang Facebook adalah fitur yang memungkinkan pengguna memonetisasi konten video dan audio. Pemirsa yang menggunakan Bintang di Reels bisa membeli Bintang dan mengirimnya secara langsung melalui reels untuk menunjukkan apresiasi mereka terhadap suatu konten. 

Tidak perlu menunggu iklan di Facebook Reels, tidak perlu menunggu iklan In-stream, tidak perlu pelanggan, selama ada yang mengirimkan Bintang Facebook, pengguna sudah memperoleh hasil/uang (setelah mengisi berbagai persyaratan termasuk NPWP). Dan saya belum mengatur yang satu ini karena tidak hafal NPWP dan malas untuk membongkar dompet kartu. Nanti-nanti saja, lagi pula saya tidak serajin orang-orang membikin konten, yang mana konten-konten itu cukup mengganggu aktivitas saya berselancar di Reels.

Saya adalah penonton setia Facebook Reels dan Youtube Shorts. Sampai detik ini belum pernah satu kali pun aplikasi Tiktok ngetem di telepon genggam saya. Jangan tanya alasannya, karena saya pun tidak tahu. 😄 Facebook Reels, secara algoritma penggunaan Facebook, saya selalu ditawarkan Reels tentang makanan, cara memasak makanan, pedagang keliling, dan hal-hal berkaitan dengan lelucon. Iya, itu tontonan receh jika mata sudah sangat mengantuk. Jika bosan Facebook Reels, saya membuka Youtube Shorts sampai akhirnya saya terlelap dengan jempol posisi siaga menggeser layar ke atas.

Sejak ramainya mode profesional di Facebook, Reels saya menjadi kacau. Begitu banyak Reels tentang kehidupan sehari-hari, bahkan yang cuma dua tiga detik. Template yang dipakai pun sama, sehingga kuping saya jadi kebal dengan suara yang sama, kalimat yang sama, atau lagu yang sama. Itu, itu, ituuu terus. Mungkin ini disebabkan adanya daftar periksa harian pada mode profesional. Setiap hari, kreator digital wajib memenuhi daftar periksa harian tersebut. Tapi kalau konten Reels cuma sekadar pasang lepas masker, atau pasang telepon genggam lalu record dan un-record, atau cuma sekadar bilang hai, sungguh saya merasa terganggu 😂 Apa lagi template dengan tulisan: biarpun konten sepi, yang penting tetap ngonten.

Konten seperti itu, tidak apa-apa sih.

Saya merasa terganggu, juga tidak apa-apa kan?

Sama-sama punya hak 😎

Tapi saya senang melihat teman-teman pengguna Facebook di Kota Ende. Setidaknya konten mereka lebih berwarna dan berisi, bukan sekadar asal ada konten sebagaimana tuntutan daftar periksa. Misalnya, konten jalan-jalan, karena bikin mata saya segar bisa ikut menikmati pemandangan. Konten memasak, karena memang saya suka Reels memasak dan sejenisnya. Konten pekerjaan, misalnya saat sedang melayani pelanggan di salon kecantikan. Atau konten yang lebih nyeni, seperti anak-anak sedang bernyanyi atau berkreasi. 

Bagaimana dengan saya sendiri? Ya, sama. Kalau memang sedang ada kegiatan atau video yang mau dibikin Reels, baru lah saya bikin. Kalau tidak ... daftar periksa tetap belum terpenuhi. Karena saya sendiri juga tidak mau dipaksa membikin konten oleh Facebook 😂😂😂 Karena kalau dipaksa, malah hilang ide, hilang semangat. Kegiatan sehari-hari, apa lagi yang lucu-lucu bareng Buya, biasanya itu saya jadikan konten. Atau saat saya sedang gitaran dan bernyanyi. Dan ternyata banyak video pendek buat lucu-lucuan yang tersimpan di telepon genggam. Ya kalau memang lucu, saya Reels-kan.

Ini dia ... Tantangan Menulis Kreatif dengan Teknik Tiga Paragraf.

Migrasi ke mode profesional Facebook, apa lagi ditambah kata mukjizat 'monetisasi', penuh suka duka, dan memang bisa meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu, bikinlah konten-konten yang juga berkualitas. Tidak perlu berkualitas tinggi, setidaknya jangan cuma sekadar pasang lepas masker, atau pasang telepon genggam lalu record dan un-record, atau cuma sekadar bilang hai,

Bagaimana dengan kalian?

Bagi pendapat di komen!


Cheers.

1 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Asal enjoy aja, jangan merasa dikejar2 target, kecuali emang ada yg ditarget hehehe :)

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak