Merawat Persahabatan Dengan Segelas Kopi

 


Suatu waktu, tepatnya 30 Desember 2017, kami jalan-jalan ke Kampung Adat Bena di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. Saya, Thika Pharmantara, Akiem, dan Effie. Saat sedang melihat-lihat rumah adat dan aktivitas warga, saya membayangkan duduk mengaso menikmati kearifan lokal setempat sambil ngopi. Niatnya sih membeli segelas kopi, eh malah dikasih segelas kopi gratis sama seorang Mama bernama Emi karena ternyata mereka tidak menjual kopi. Cerita lengkapnya bisa kalian baca pada screen shoot status Facebook berikut ini:

Salah satunya kopi: 5 Komoditas TSF.


Di Kabupaten Ende dan Pulau Flores pada umumnya, selain moke yang berefek memabukkan, kopi adalah minuman persahabatan. Sepenggal cerita perjalanan ke Kampung Adat Bena di atas, hanyalah satu dari sekian banyak cerita perjalanan saya ke wilayah-wilayah lain di Pulau Flores terutama yang berkaitan dengan kopi. Begitu mudah segelas kopi keluar dari dapur masyarakat Pulau Flores bahkan untuk orang yang baru dikenal. Melihat mata kita lelah, Mama-Mama di kampung dengan mudah bertanya, "Ibu mau minum kopi kah?" Orang-orang menghabiskan waktu selama berjam-jam, mengobrol mengitari galaksi, ditemani segelas kopi. 

Jika dengan orang baru persahabatan dapat terjalin dari segelas kopi, bagaimana dengan persahabatan?


Saya bersahabat dengan orang-orang yang bergelut di dunia perkopian: petani, penjual biji kopi, dan pengusaha kafe. Saya juga bersahabat dengan orang-orang pecandu kopi yang jika tidak meminum kopi maka kepalanya bak dihantam meteor. Semakin ke sini, kehidupan dan kesibukan menciptakan jarak. Telepon genggam tentu tidak seasyik bertatap muka. Dalam kesempatan tertentu kami memutuskan untuk bertemu di kafe. Ngopi cantik sambil mengobrol. Semacam kembali ke peradaban 😃 Hahaha.


Jika tidak ke kafe, kami pasti bertemu di rumah salah seorang dari circle persahabatan ini. Karena semakin uzur saya semakin malas keluar rumah, dan terkadang dalam satu circle saya satu-satunya perempuan, dengan sedikit bumbu pemaksaan maka pertemuan terjadi di rumah saya 😂 Lagi pula saya selalu bilang, "Kalau cuma segelas kopi dan teh, kenapa harus ke kafe?" Tanpa ampun mereka datang membawa aneka kudapan mulai dari gorengan, martabak, roti-rotian, sampai kuaci. Topik obrolan kami tidak saja satu kali mengitari galaksi, tapi bisa ratusan kali mengitari galaksi. Seru, konyol, terbahak-bahak, sampai bikin merinding.

Meskipun sibuk, kami masih tetap mencari waktu bertemu/nongkrong, untuk persahabatan yang lebih berkualitas.


Perlu kalian ketahui, rumah-rumah di Kota Ende (maupun di Pulau Flores) jarang menyajikan kopi menggunakan wadah cangkir. Umumnya kopi disajikan oleh tuan rumah menggunakan gelas bening. Gelas jutaan umat yang dipakai buat minum air itu. Agak sulit memang jika (air) kopi masih sangat panas, sementara tata krama menyajikan minum untuk tamu, kita dilarang memegang bibir gelas. Padahal itu satu-satunya cara agar jari tidak melepuh. Masih bisa diakali dengan lepek bekas set cangkir di mana cangkir-cangkirnya telah musnah 😂 Paling sering saya meminta tamu memindahkan sendiri gelas kopi dari nampan ke meja.

Suatu kali, sekitar November 2021, saya menemani Buya pergi ke rumah para kolega Buya untuk membereskan urusan pengerjaan proyek jalan. Di setiap rumah kami ditawari, "Kopi atau teh?" Meskipun menolak, nampan dengan gelas-gelas kopi tetap keluar dari dapur. Menurut mereka, tidak sopan jika tidak menyajikan minum untuk tamu, dan lebih tidak sopan jika tamu tidak menghabiskan sajian tersebut. Makanya saya selalu meminta air putih sebagai pengganti. Tetap sopan tanpa harus menyiksa diri.

Menulis tentang kopi, izinkan saya menukil salah satu artikel di blog ini tentang kopi.

Sebagai peminum kopi, alangkah senangnya ketika saya membaca bagian tentang kopi pada halaman 118. Jadi tahu bahwa sebelum 1000 AD (Anno Domini/Kalender Masehi), Orang Galla atau Orang Dromo, dari Ethiopia mulai makan biji kopi bubuk yang dicampur dengan lemak hewani untuk energi ekstra. Tercatat, tersebutlah seorang gembala kambing bernama Kaldi menyaksikan kambing-kambingnya melompat-lompat dengan energi yang meningkat setelah mengunyah buah dari dari semak-semak kopi yang tumbuh liar di ladangnya. Kaldi juga diduga menjadi orang pertama yang memperoleh keuntungan dari kafein. Berita tentang Kaldi pun tersebar dan mengonsumsi kopi menjadi kebiasaan nasional.

Barulah pada tahun 1453 kopi diimpor ke Konstantinopel oleh Turki Ottoman. Dan toko kopi pertama di dunia, bernama Kiva Han, dibuka di sana pada tahun 1475.

Menulis ini, saya jadi rindu pada DMBC. Aduuuuw kapan kita gibah lagi? Hahaha.


Pernah ke JCafe dan Kopi a la Jessica.

Di awal Oktober dan akhir minggu yang hujan ini, mari nikmati kopi bersama sahabat. Oh, sebelum lupa ... selamat Hari Kopi Sedunia!


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak