Edible Plastic

Gambar diambil dari sini.


Sampah plastik itu mencengangkan karena membutuhkan waktu 5 (lima) sampai 200 (duaratus) tahun untuk terurai. Tidak perlu membayangkan akan seperti apa bumi ini dengan maraknya (marak!?) sampah plastik! Semaput-sakit-sekarat. Kalau bisa bicara mungkin bumi sudah teriak-teriak saking kesalnya sama umat manusia. Sampah plastik terbanyak, menurut saya (ini menurut saya, bukan berdasarkan hasil penelitian atau studi khusus sampah plastik) datang dari botol dan gelas plastik air minum kemasan; air mineral, minuman berkola, aneka teh dan kopi, minuman rasa/sari buah, dan lain sebagainya. Itu baru botol dan gelas plastik, belum lagi kresek belanja, kemasan deterjen dan pengharum pakaian, piring, gelas, keranjang, kemasan produk isi ulang, mainan anak-anak, minuman serbuk dalam kemasan saset, dan masih banyak lagi. Berapa banyak sampah botol dan gelas plastik yang dihasilkan manusia per hari? Tak terhitung! Mungkin masih lebih mudah menghitung domba dalam gambar pengundang kantuk.

Di Kota Ende, setiap acara akbar tertentu pasti meninggalkan sampah, terbanyak sampah plastik. Sabtu 21 April 2018 kemarin, Tipe X Band konser di Kota Ende (disponsori oleh Suryanation). Tidak perlu berganti hari untuk dapat melihat serakan sampah di Lapangan Perse (lokasi konser). Karena kami memilih untuk pulang paling akhir, usai Tipe X Band mata kami disuguhi pemandangan Lapangan Pancasila yang riuh sampah plastik: kresek, botol plastik, dan gelas plastik. Untungnya saya bukan salah satu penyumbang sampah plastik karena memang membawa sendiri botol air minum dari rumah, soalnya yakin pasti bakal kehausan di tengah ribuan orang, debu, dan hiruk-pikuk suasana. Botol air minum saya itu pulang dalam kondisi kosong karena memang hausnya tidak terkira. Dan botol saya itu bukan sejenis botol air minum plastik melainkan semacam kaleng yang keren dibawa ke mana-mana *halaaah, promosi*

Tapi, bukan hanya konser saja yang meninggalkan serakan sampah plastik. Karnaval dan/atau pawai keliling kota pun sama! Sampah botol dan gelas plastik, serta kemasan bekas makanan ringan pun nampak di mana-mana. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat memang sudah mendarah-daging. Padahal tidak sulit mencari tumpukan sampah atau tempat sampah, dan tidak sulit pula membawa air minum sendiri dan cemilan (menggunakan kotak makan) dari rumah.

Masalah sampah plastik yang mengglobal ini menyebabkan sebuah perusahaan dari India memproduksi plastik organik yang bahkan bisa dimakan (edible plastic). Nama perusahaan itu adalah EnviGreen. Tengok juga laman Facebooknya. EnviGreen mempersembahkan Eg Bags yang dikreasikan oleh ilmuwan dan ahli lingkungan dari seluruh dunia sebagai persembahan untuk bumi. Sebuah produk kresek 100% organik pengganti plastik (tas plastik). Bahan-bahan dasar Eg Bags adalah pelet-pelet yang terbuat dari pati alami, turunan minyak nabati, dan limbah sayuran. Tapi saya yakin pasti ada bahan lain yang tidak mungkin dipublikasikan berkaitan dengan: resep rahasia. Haha. Dengan bahan-bahan alami tersebut artinya Eg Bags 100% ramah lingkungan dan benar-benar tidak beracun terhadap lingkungan, hewan, dan manusia. Kresek macam begini kan bagus. Jika memang sudah beredar di seluruh dunia, setidaknya lingkungan kita masih punya harapan untuk terselamatkan kelak.

Apa saja kelebihan Eg Bags ini selain dapat dimakan? Eg Bags dapat larut dalam air panas 80 derajat selsius secara instan. Kalau lihat videonya, itu plastik dimasukkan dalam gelas berisi air panas, diaduk sikit saja, sudah larut. Selain itu, Eg Bags juga dapat dibakar layaknya kertas; berubah menjadi abu dan tentu membuat udara kita bebas racun. Jadi, Eg Bags benar-benar 100% organik! Aman untuk hidup kita. Kalau tadi saya menulis plastik biasa mengurai antara 5 (lima) sampai 200 (duaratus) tahun, maka Eg Bags mengurai hanya dalam tempo 180 hari; sedangkan jika dilarutkan dalam air mendidih memakan waktu sekejap saja.

Tahukah kalian, konsumsi tahunan bahan plastik di dunia ini telah meningkat dari sekitar 5 (lima) juta ton pada 1950-an dan menjadi hampir 100 (seratus) juta ton saat ini. Misi EnviGreen adalah mengganti plastik yang digunakan dalam penggunaan sehari-hari dengan alternatif ramah lingkungan yang berkelanjutan.

Berdasarkan apa yang pernah saya baca di internet, beberapa negara telah mengganti tas plastik belanja dengan kantong kertas (paper bag). Di Philipina misalnya. Negara tersebut berupaya mengurangi sampah plastik yang menghancurkan dunia dengan kantong kertas. Saya pikir itu sangat baik jika juga dilakukan di Indonesia dimana semua supermarket, minimarket, maupun pasar tradisional menyediakan kantong kertas. Hanya saja ... kasihan juga, karena bahan dasar kertas kan kayu (pohon). Habislah kalau dari sekarang kita tidak menanam ulang anakan pohon hahaha. Mana pula hutan-hutan di Indonesia sudah mulai menggundul dan membuatnya sama sekali tidak menawan. Oleh karena itu, saran saya, kembalilah kita pada yang namanya reuse (dengan memakai kembali maka kita telah kurangi penggunakan bahan plastik, kurangi penggunaan bahan kertas).
R E U S E !

Konsep reuse dari 3R (Recycle, Reduce, Reuse); mendaur ulang, mengurangi, menggunakan kembali. Reuse dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan reuse, otomatis kita me-reduce. Contohnya? Jangan ketawain emak-emak yang ke pasar membawa keranjang segede parabola. Itu manfaatnya bukan hanya buat membawa barang belanjaan dan menghembat uang, melainkan juga mengurangi penggunaan plastik. Jangan ketawain saya yang saban hari membawa dua botol minum; satunya termos kopi susu, satunya botol air minum, karena selain menghemat uang juga mengurangi sampah plastik. Jangan ketawain orang-orang yang mendaur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomis, karena selain mendatangkan untung bagi mereka juga sekaligus mengurangi sampah plastik. Konsep reuse ini jika dilakukan semua orang maka tentu akan mengurangi sampah plastik di muka bumi ini. Lalu, perusahaan minuman itu bakal bangkrut, donk? Ah, tidak juga. Yang penting adalah ada upaya kita untuk mengurangi sampah plastik.

Tidak ada ruginya mengurangi sampah plastik dengan menggunakan kembali barang plastik tersebut. Bukan begitu? Mulai sekarang, berilah penghargaan pada emak-emak yang pergi ke pasar membawa keranjang segede parabola. Mereka salah satu pahlawan lingkungan :D

Percayalah, mencintai lingkungan itu berat, lebih berat dari pada mencintai sesama. Hihi.
Jadi ... kapankah Eg Bags ini ada di Kota Ende?
Cheers.

2 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Di indo ada lebih dulu lo mbak.. bukan kantOng plastik sih, tapi gelas dari rumput laut, jadi bisa dimakan, bahkan dampai dapet penghargaan dari luar negri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hebaaat. Kita hebat, Indonesia hebat, semua hebat :D yang hebat-hebat ini harusnya diviralkan yaaa :P

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak