Surga Itu Bernama Riung

Sudah baca postingan saya sebelumnya? Baca dulu deh baru baca yang satu ini ;))

Ini salah satu spot sebelum masuk daerah Mbay. Awww!
 
Setelah tiba di Mbay, tidur semalam, keesokan harinya menunggu rombongan FC dari Ende, sarapan di rumah Iwan-Reni, akhirnya kami pun berangkat ke Riung. Siapa-siapa saja? Saya, Ryan, Said, Fauwzya dan Oskar! Yuhu. Ada Oskar gituuuu gimana nggak seru?

 
Biru, hijau, kuning... Mbay di bawah sana!


Persawahan sebelum pompa-bensin Mbay

Jarak antara Mbay ke Riung diperkirakan 30 kilometer. Sekitar 10 kilometer lepas dari Mbay jalanannya berlubang. Itu sih di bulan Maret kemarin. Sekarang jalan-jalan berlubang sudah dilapisi kerikil-kerikil kecil sehingga spido lebih terjaga. Lepas dari 10 kilometer itu, jalanannya Masya Allah mulus abes! Kata Ryan kita mesti lebih kencang memacu spido. Hayo! Siapa takut? Di sini lah terjadi banyak jebakan batman karena ketika saya memimpin di depan dan mata saya rabun *tsah* jadi kalau saya masuk lobang atau menghajar gundukan, Said tidak bisa mengelak. Mau tak mau Said yang membonceng Fauwzya masuk jebakan batmannya saya *ngakak tebanting*.

Di depan rumah induk Nirvana Bungalow, Riung

Tiba di Nirvana Bungalow, Riung, sekitar 11.30 disambut Rustam dengan wajah kusut. Bukan! Bukan karena lagi marah, itu karena baru bangun tidur. Kayaknya sih *ehem* hihihi. Kita istirahat sebentar, ngopi-ngopi kan makan kue Lebaran, sembari menyiapkan segala sesuatunya. Rustam, lagi-lagi, membeli seabrek ikan untuk segelintir orang *ketawa senang*, tidak lupa membeli nasi, membawa snorkling equipment dan kaki katak, ubi tatas rebus, sambal-sambal racikan Fauwzya *ada bakat*, aneka cemilan dan air minum yang banyak! Karena perginya bersepatu saya harus membeli sandal. Sayang … tidak ada warna kuning. Hehe.

Sekitar pukul 12.30 kami sudah tiba di dermaga Riung. Jarak antara Nirvana Bungalow dengan dermana sangat dekat. Tapi bagi yang tidak biasa berolah gara *lirik Ryan, Said, Fauwzya* akan sangat melelahkan *kabuuurr*. Jarak segitu hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Setiap sisi jalan menuju dermaga berdiri kokoh pohon-pohon kelapa, berjejer bak pagar alam. Cantik. Secantik kitaaaa.

Ke arah dermana, sisi kanan... Nyiur Melambai!

 
Transaksi pelampung a la Oskar :D


Biaya masuk hanya Rp. 4.000 per orang. Di dekat dermaga ada yang menyewakan pelampung. Bagus! Ini perlu buat jaga-jaga. Siapa tahu Fauwzya mabok laut terus bikin oleh kapal hahaha. Perahu motor berukuran sedang yang kami tumpangi, membelah lautan tenang, hanya memuat saya, Rustam, Ryan, Said, Oskar dan Fauwzya juga seorang pemuda lokal yang menjalankannya bernama Amri. Kami memang sengaja tidak ingin mampir ke Pulau Kelelawar lagi, langsung menuju Pulau Tiga! Area snorkling!

 
Para Lelaki ;))

 
Oskar, So Free!

Cerita-cerita dulu soal Riung yuk. Secara administrasi Riung termasuk dalam wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Letaknya sekitar 70 kilometer bagian Utara Kota Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada. Sedangkan dari Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo, hanya berjarak sekitar 30 kilometer. Riung terkenal dengan taman lautnya; Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung. Pulau-pulau yang ada di Riung terdiri dari pulau besar dan kecil. Pulau terbesar bernama Pulau Ontoloe. Pulau-pulau yang paling sering disinggahi adalah Pulau Kelelawar, Pulau Rutong dan Pulau Tiga. Pulau lainnya ada Pulau Borong, Pulau Patta, Pulau Meja, Pulau Kolong, Pulau Dua, ada juga Pulau bernama Halima.

Nadine Candraditotok ;))

Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung merupakan tipe hutan kering dengan vegetasi campuran. Diantaranya ada Terminalia Catappa (Ketapang), Tectona Grandis (Jati), Santalum Album (Cendada), Mangivera Indica (Kayu Manis), Pandanus Tectorius (Pandan), Hibiscus Tiliacus (Waru), Aleuritis Molucana (Kemiri), Albizia (Sengon Laut), juga Cassia Siamea (Johar). Tak hanya itu, di seluruh pesisir pantai di pulau-pulau ditumbuhi Mangrove (Bakau) dengan jenis-jenis dominan seperti Rhizophora, Sonneratia, dan Bruquiera Gymnoriza.

Bagaimana dengan pesona bawah lautnya? Ini dia! Kami touchdown di Pulau Tiga. Rustam dan Amri langsung membuat api untuk membakar ikan. Sedangkan saya dan Oskar langsung cebur laut. Melatih Oskar dan Ryan menggunakan masker snorkel, bagaimana caranya bernafas dan mengeluarkan angin dan air yang masuk ke masker, dan lain-lain. Setelah itu Rustam ikut bergabung. Awalnya sudah mengenakan kaki katak tapi kemudian memilih untuk bertelanjang kaki saja. Memang sih daya dorong menjadi miskin tapi nggak apa-apa. Rustam memandu kami menuju spot taman laut. Beugh! Kalau dulu snorklingnya hanya 30-an meter sekarang 70-an meter bolak-balik hehehe.

 
Pak dokter sudah khatam belajar snorklingnya :D 
Snorkling memang menyenangkan. Saya mencintai yang satu ini. Bayangkan batas antara udara dan air itu hanya dengan cara membenam dan mengangkat kepala hihihi. Bermacam Acropora, Galaxea, Pavites, Echynophylla, Anemon, Lobophylla, Mawar Laut, Bintang Laut berwarna biru terang membuat saya berkali-kali saling mengacung jempol pada Rustam. Terdengar di belakang suara Oskar teriak-teriak kegirangan. Dan saya seperti bermain dalam animasi Finding Nemo karena hampir semua hewan dalam film itu berenang bebas di bawah tubuh kami, diantaranya Clown Fish yang berenang di sekitar Anemon, juga Moorish Idol. Sesekali Rustam menyelam, menunjuk terumbu karang unik yang lewat dari pandangan saya. Dan kami berdua sampai lamaaaa banget menatap ikan berwarna biru yang di sisi tubuhnya ada lingkaran besar ke kecil berwarna kuning. Di sini menyesal nggak punya kamera, apalagi kamera yang sudah dimodif untuk underwater *ngayal*

Terima kasih Allah SWT untuk bumi yang indah ini ;)) 

Saat snorkling bertemu dengan beberapa turis mancanegara (perahu motor mereka di samping perahu motor kami). Sempat saling ‘berbalas pantun’ tentang keindahan Taman Laut Riung. Biutipul!

Saya sarankan bagi yang mau snorkling, ayo rajin olahraga! Besarnya tubuh kita bukan ukuran kita mampu berlama-lama snorkling *bangga punya tubuh gendut tapi terlatih* hahaha. Ryan sampai terkena serangan kejang-kaki. Hihihi.

Kembali ke darat kami memutuskan untuk makan siang karena perut sudah lapar. Yaaa sebelum makan siang, itu camilan dihabiskan dulu deh hahaha. Makan siangnya berupa nasi, ikan bakar dan cumi bakar. Makjang! Terima kasih Fauwzya atas sambalnya yang super enak sampai-sampap para turis (yang kali ini datang lagi satu perahu motor) memuji. Ecieee. Makan di pinggir laut, dilihat oleh para turis dengan tatapan mupeng, ditemani jilatan air laut, apalagi di samping ada Oskar, adalah tingkat pertama surga. Btw ada yang cinlok nih yeeee sama Si Mike *bekep mulut sendiri*

Selesai makan saya gemas ingin mengabadikan Fauwzya dan Oskar dalam keindahan alam Riung. Saya suka memotret apalagi memotret pemandangan, apalagi kalau modelnya luar biasa kece dan kamera-face *sudah puji begini, besok dikasih apa ya sama Fauwzya dan Oskar?* Pulau Tiga ini, saking sepinya, sudah kita anggap sebagai private island. Bisa foto sepuasnya dengan gaya apapun dengan baju apa pun *sinyalhilang* hehe. Sementara itu Said dan Ryan sedang berusaha khatam latihan snorkling. Wah pak dokter yang awalnya malu-malu sekarang jadi keranjingan.

 
Pulang ke Kerajaan Neptunus! :D

Sekitar pukul 16.30 Rustam dan Amri mengajak kami untuk meninggalkan Pulau Tiga. Tujuan berikutnya adalah Pulau Rutong! Letaknya di depan Pulau Tiga. Dari semua pulau di gugusan ini nampaknya Pulau Rutong lah yang pernah dikelola oleh Pemda setempat, melihat beberapa saung yang saat ini dalam kondisi rusak. Dalam perjalanan ke Pulau Rutong kami melihat sebuah kapal pesiar di dekat pulau itu. Wah, asyik nih.

Tahukah kalian, teman? Baru saja minggu sebelumnya saat ke Pantai Maurongga Fauwzya punya mimpi untuk tiduran di pasir putih sambil menanti sunset. Dan hari Minggu kemarin impian itu terwujud untuk kami semua. Tiba di Pulau Rutong sudah pukul 17.00 dan kami pun tiduran di pasir putih yang halus muluuuuuus. Mak, nggak pengen pulang. Pengen terus berada di sini, di moment ini, mari lupakan waktu, mari kalau bisa kita hentikan saja waktu. Inilah yang saya sebut surga lapisan ke-6 karena lapisan ke-7 hanya ada ‘di atas’ sana.

Tak lama senja pun datang. Sunset! Bagaimana caranya saya melampiaskan surga ini pada kalian? Lihat saja fotonya! Hehehe.

 
 

Sunset Garden. Kami adalah F6! *ngikik*
Inilah Surga Lapisan ke-6 :D 

Matahari sudah pulang tapi langit masih terang. Kami kembali ke dermaga Riung. Dan lautnya masih saja berdamai dengan kami. Masih sangat tenaaaang. Kata Fauwzya : seperti kaca. 

Dari dermaga kami sempat membeli gorengan terus kembali ke Nirvana Bungalow. Malam yang indah diisi dengan obrolan, ngopi-ngopi, cemilan, aksi mati lampu sesaat, juga cekikik-cekakak. Hadeeeh... jujur saya tidak ingin pulang. Jadi pengen beli tanah di Riung, bangun rumah mungil, tiap hari ke laut. Pengen punya suami seorang laki-laki *tentu saja, masa suaminya perempuan?* yang bisa melaut. Sahdu kali yaaaa malam-malam berdua di tengah laut. Tinggal nunggu dihantam tsunami aja *horor!* hehehe.

Akhirnya selesai juga tulisan tentang Riung kali ini. Istimewa, se-istimewa perjalanan kali ini. Terima kasih Rustam for everything. Nggak kapok kan punya sohib seperti kami? Hahaha. Ke Riung, saya pasti kembali. Saya janji!

Keesokan harinya saat pulang, masih sempat foto-foto di savana yang menguning :)

Postingan ini untuk memuaskan hasrat orang-orang tentang Riung. Agar orang luar mengetahui keadaan daerah kita dari kita sendiri. Hyuk *mulai nggak waras nulisnya*
Bagi teman-teman yang ingin mengetahui Flores, silahkan bertanya via blog ini atau my twitter @tuteh atau my facebook Tuteh Pharmantara. Yang bisa dijawab ya dijawab. Yang tidak bisa dijawab akan saya cari jawabannya ;))

Noted : all the picture here taken with pocket camera and Blackberry (we are BlackberryGrapher & PocketGrapher!) *mulai tambah nggak waras* :D


Wassalam.

12 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Kali ini saya bisa bercerita sedikit lebih lengkap ye :P nggak kayak kali lalu hehehe...

    BalasHapus
  2. saiya juga korban jebakan batman... untung aksi melenting berakhir dengan pendaratan yang baik ;) Riung memang surga,,, makasih sudah membagi keindahan alam nusantara... ga kalah deh ma wisata manca!!

    BalasHapus
  3. Fiuh, you write it well, Encim. There is no place like it. Each part of this country is unique. Tapi ada yg kurang, cerita Kopi Bajawa, heheee... Nice, interesting and provocative story.....

    BalasHapus
  4. wuiiiihh.. kereeen ceritanya k, jadi pengen kesana, mudah2an terkabul *ngarep banget*....

    BalasHapus
  5. Mantap pnya neh..susah lama tidak kesana..mang riungbelum ter-expos maks. Mudah2an besok2 kalo kesana kbarin ya biar bisa ikut serta... :p (apo)

    BalasHapus
  6. waah pengen juga dong kesana,,,kayaknya seru tuh...

    BalasHapus
  7. ngeselin baca posting ini. sumpah... jadi mupeng banget :D

    itu narsisnya kebangetan pun

    BalasHapus
  8. Puji teruuuss.. Cap jalan teruuus! Next trip bagian konsumsi sa kas isi racun semua!
    Mhuahahaaa *ketawa jahat*
    :P

    BalasHapus
  9. Subhanallah... pengen di ajakin ksana dong :3 ngiler ~,~

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak