Membentuk Generasi Yang Kaya Soft Skills

 


Sejak dulu saya memahami satu hal: manusia harus mengantongi banyak soft skills agar mudah beradaptasi baik beradaptasi di lingkungan tetangga, lingkungan pertemanan maupun lingkungan pekerjaan. Karena adaptasi adalah suatu proses atau kapasitas yang fundamental bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan. Saya jadi ingat Nokia. Alih-alih mengenal dan beradaptasi dengan Android, Nokia mempertahankan dan mengembangkan Symbian yang selama ini dipakai, tetapi faktanya Android begitu disukai karena fitur-fiturnya dan Nokia tenggelam dengan sendirinya. Efeknya, Samsung melesat disusul merek lainnya termasuk yang saya pakai saat ini Infinix dan Xiaomi. Jadi mari kita sepakati manusia harus mengantongi banyak soft skills agar mudah beradaptasi. 

Kenapa bisa begitu? Mari kita bahas.

Menciptakan generasi yang kaya soft skills memerlukan pendekatan holistik yang terintegrasi dalam setiap aspek pendidikan dan lingkungan tumbuh kembang. Ini dimulai dari ruang kelas, di mana metode pembelajaran harus bergeser dari sekadar transmisi pengetahuan menjadi fasilitasi pengalaman. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) menjadi salah satu katalisator utama, mendorong siswa untuk bekerja sama dalam tim, mengidentifikasi masalah nyata, merancang solusi, dan mempresentasikannya. Proses ini secara inheren melatih kolaborasi, pemikiran kritis, komunikasi, dan inovasi.

Di luar kurikulum formal, kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi kemahasiswaan memainkan peran vital. Partisipasi aktif dalam OSIS, klub debat, atau kelompok seni memberikan platform autentik untuk mengasah kepemimpinan, negosiasi, manajemen waktu, dan empati. Melalui interaksi dan tanggung jawab yang diberikan, individu belajar mengelola konflik, memotivasi orang lain, dan beradaptasi dengan dinamika kelompok yang beragam.

Era digital seperti saat ini telah membuka mata kita bahwa di masa depan, atau mungkin sudah terjadi sekarang, Artificial Intelligence (AI) dapat menggantikan posisi manusia di bidang pekerjaan apa pun. Jika hanya menguasai satu soft skills saja, kita bisa tenggelam, karena kehidupan tidak selamanya stagnan. Contoh, jika seseorang hanya menguasai dunia menulis saja, ketika AI bisa menggantikannya dengan tulisan yang lebih bagus, bisa jadi orang itu tenggelam. Tapi jika orang itu pun menguasai soft skills lain seperti public speaking, maka dia bisa beralih profesi menjadi seorang master of ceremony profesional dengan bayaran mahal.

Itulah yang saya ajarkan pula pada 2 UKM yaitu UKM Jurnalistik Universitas Flores dan UKM Mapala Flopala Universitas Flores. Jelas di UKM Jurnalistik mereka belajar banyak hal karena ada 10 kelas yang saya siapkan mulai dari Teknik Menulis 3 Paragraf, Dasar-Dasar Jurnalistik, Public Speaking, Phonetography, Videografi (dibantu Om Ihsan), Broadcast Journalism, Teknik Mengetik 10 Jari, Live Streaming Camera (dibantu Pak Ian), Live Streaming Operator (dibantu Pak Ian), Drone (dibantu Pak Guntur). Demikian pula UKM Mapala Flopala, mereka tidak saja berlatih fisik, tapi juga bagaimana bertahan hidup, pertolongan pertama, hingga hal-hal berkaitan.

Membentuk generasi yang kaya soft skills adalah investasi jangka panjang. Ini berarti menciptakan ekosistem yang mendukung eksplorasi, kolaborasi, dan pembelajaran berkelanjutan, sehingga setiap individu tidak hanya siap menghadapi masa depan, tetapi juga mampu membentuknya dengan penuh kreativitas dan keberanian.

Saya, kalian, mereka, yang berkonsentrasi pengembangan soft skills generasi muda pun harus maju tak gentar. Di tengah gempuran omonga orang tentang kita (mungkin dikata-katain sok tahu, atau mencari muka dengan atasan), semangat harus tetap menyala. Biarlah orang lain membicarakan kita, rezeki juga kan, pahala mereka buat kita hahaha 😂 Mari kita bentuk generasi yang kaya soft skills.


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak