Cerita Dari Nangapanda dan Kejutan Buya

 


Rabu, 31 Agustus 2022. Saya tergelitik untuk menulisnya. Tentang perjalanan ke Nangapanda untuk keperluan pekerjaan, tentang interaksi dengan penduduk lokal, pun tentang tempat makan pinggir pantai yang masih menjaga rasa ikan bakar dan udang saos asam-manisnya. Seseru itu perjalanan kami. Yuk dibaca!

Apakah kalian sudah tahu? Itu, Ternyata Teknologi Pertanian Itu Sangat Menarik dan Seru.

Mari kita mulai dengan ...

Nasi Kuning Kedai Orang Pulen di Nangapanda

Sebelumnya, yang satu ini sudah saya unggah di Facebook. 


Pagi tadi saya ngegas ke Nangapanda dengan tujuan Desa Sanggarhoro. Di Nangaba mampir beli donat yang ternyata enak banget. Teguk sedikit kopi susu, lanjut lagi perjalanan. Om X-san D-adobe sudah duluan. Kita ketemuan setelah Jembatan Nangapanda. Sambil menunggu Guntur Crays dan Ummi Sri, saya mengajak Om San ke tempat nasi kuning. Balik lagi kami ke lokasi itu. 

Nasi kuning dipatok harga 5ribu dan 10ribu. Karena sudah makan donat, saya minta yang 5ribu saja. Ndilalah, banyaknya porsi 5ribu itu 🤣 sampai tidak bisa dihabiskan. Om San ngopi saja. 


Ternyata yang punya kedai ini orang Pulau Ende (Pulen). Gara-gara dia tanya saya orang mana, mungkin heran wajah Pakistan (sumpah, jangan bully saya) tapi bisa bahasa Ende. Mulai sudah kami bangga-bangga orang Pulen hahaha. Obrolan yang menarik meskipun singkat, karena kami harus mengejar Ummi Sri, yang melintas dengan sepeda motor di depan kami. 

Terima kasih, Mama. Nasi kuningnya enak. 


Pergi ke Nangapanda untuk urusan pekerjaan, rasanya seperti kembali ke masa lalu saat sebelum menikah, hahaha. Anyhoo, saat itu Buya sendiri masih berada di Aloripit-Mbay. Iya, kami LDR-an. Yaaa, sebelum berangkat ke Nangapanda memang harus izin suami dulu ... memang beda ya kehidupan sebelum dan sesudah menikah 😂

Bermain di Kebun Kakao Desa Sanggarhoro

Mahasiswa/i Fakultas Pertanian Universitas Flores (Uniflor) yang tergabung dalam kelas kreatif Uma Rema Class melaksanakan kegiatan (pengabdian masyarakat) di Desa Sanggarhoro. Kelompok Tani Batu Puti yang jadi kelompok sasaran. Kebun kakao merekalah yang menjadi lokasi kegiatan Uma Rema Class ini.


Untuk keperluan PPKO, yaitu Program Penguatan Kapasitas Ormawa, kami merekam kegiatan yang dilakukan kegiatan mereka, untuk dilombakan. Perlu diketahui, PPKO dilakukan melalui serangkaian proses pembinaan Ormawa oleh PT yang diimplementasikan dalam program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat.


Dari kebun, kami meluncur ke koperasi KOPAN SIKAP Nangapanda untuk meliput proses pelepasan biji kakao, fermentasi, hingga penjemuran. Menurut mahasiswa yang menjadi narasumber, biji kakao yang difermentasi sebelum dijemur jauh lebih berkualitas ketimbang biji kakao yang langsung dijemur. Dari Ummi Sri saya memperoleh informasi bahwa kakao dari koperasi ini sudah pernah diekspor. Wow. Keren sekali.

Ikan Bakar Pondok Batu Biru Penggajawa

Selesai liputan, Ummi Sri mengajak kami makan siang. Dipilihlah Pondok Batu Biru yang terletak di daerah Penggajawa, sekalian mampir dalam perjalanan pulang ke Kota Ende. Ini tempat rekreasi asyik pinggir pantai. Saya melihat yang berubah adalah adanya pondok-pondok untuk menginap. Cihuy! Boleh nih ajak Buya ke sini 😃 Kami kan belum bulan madu haha.


Makan siang di pinggir pantai memang racun. Kalau tidak segera cabut, bisa dihantam kantuk parah, bakal berabe karena masih puluhan kilometer menuju Kota Ende.

Maka ... pulanglah kami.

Tiba di rumah saya dibuat terkejut setengah mati. Memang Buya ada rencana datang ke Ende, tapi belum tahu pasti waktunya. Eh, begitu masuk kamar ... kaget dong ada Buya 😍 Asyik, teman mengobrol sudah datang. Mulailah kami saling bercerita ini itu 😁

Bulan Oktober nanti kami akan kembali ke Nangapanda untuk meliput kelanjutan PPKO oleh Uma Rema Class. 


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak