Sudah Saatnya Proses Belajar-Mengajar Lebih Mudah


Saya masih ingat. Sangat-sangat ingat *sambil ngelus kuku dinosaurus*. Dulu, Kakak Toto Pharmantara (alm.) berkata: Non, nanti itu anak sekolah jarang pakai buku tulis karena semua catatan disimpan di komputer dan tugas dikumpulkan lewat e-mail. Kakak Toto bilang begitu pada saat menghadiahkan saya seperangkat komputer yang masih menggunakan DOS. Kalian yang pernah berada pada zaman itu pasti tahu bentuk disket. Waktu itu saya cuma angguk-angguk sambil membuka game Prince of Persia dan menghafal dua tiga jurus pedangnya. Hahaha! Djafar sungguh jahat di situ.

Baca Juga: Tungku Kemping Mini yang Praktis dan Keren

Saya tahu, hingga lulus SMA Negeri 1 Ende (zaman saya SMU), menyimpan catatan di komputer apalagi mengirim tugas melalui e-mail tidak terjadi. Zaman itu, bisa mencetak tugas makalah yang diketik di Lotus123 menggunakan printer pita yang gede saja sudah girang bukan main! Senangnya adalah saya boleh bersombong-ria karena sudah punya komputer sendiri sehingga tidak kesulitan mengetik tugas berbentuk makalah. Dududu, sombong! Haha. Masih juga saya ingat makalah pertama yang saya ketik menggunakan Lotus123 itu tentang pembedahan novel Siti Nurbaya (Kelas 3 Bahasa sih).

Waktu kuliah, belasan tahun kemudian, baru saya rasakan yang namanya belajar, katanya, berbasis digital. Meskipun yang dilakukan belum seratus persen digital. Contohnya, bahan kuliah dari dosen bisa dikopi menggunakan flashdisk. Kalau pun saya tidak membawa flashdisk, dosen memperbolehkan (setidaknya waktu itu tidak melarang) saya memotret tampilan slide di layar. Loh, kenapa difoto? Karena saya bisa melakukan proses belajar dua kali. Pertama: saat mendengar pemaparan dosen, sambil memotret materinya. Kedua: saat mengetik ulang materi kuliah di dokumen Word. Sip kan?

Zaman sekarang ... proses belajar-mengajar menjadi jauh lebih mudah. Waktu saya menjadi pemateri blog yang diselenggarakan oleh PBSI Uniflor kemarin, nyata-nyata saya tahu bahwa ternyata ada dosen yang menggunakan WAG untuk proses belajar-mengajar tambahan selain di kelas. Uh wow sekali itu menurut saya. Bapak Yohanes Sehandi menjelaskan bahwa mahasiswa di kelasnya itu mengumpulkan tugas melalui WAG yang dibikin khusus untuk menyetor tugas-tugas kuliah. Jadi, pertemuannya di kelas, kemudian mahasiswa diberi tugas, tugasnya dikumpulkan via WAG tersebut. Senang sekali mendengarnya. Ternyata kami tidak ketinggalan kan? Proses pengumpulan tugas via WAG itu membikin proses belajar-mengajar jauh lebih mudah. Dan tentu saja, menghemat waktu.

Menurut saya, apa yang dilakukan oleh Pak Yohanes Sehandi, atau oleh dosen lain yang menggunakan Google Classroom sudah sangat bagus. Google Classroom terutama apabila dosen yang bersangkutan berhalangan hadir. Tetapi ada satu hal yang juga akan sangat mendukung proses belajar-mengajar ini ... salah satunya menggunakan media blog.

1. Pertemuan di kelas.
2. Dosen memberikan tugas.
3. Tugas dikumpulkan menggunakan tautan blog.

Seandainya saya menjadi dosen atau pengajar, saya bakal mengoptimalkan blog untuk mempermudah proses belajar-mengajar.

Pertama: materi kuliah atau bahan ajar secara umum bakal saya pos di blog. Tugas mahasiswa adalah membacanya dengan teliti dan menyiapkan pertanyaan untuk bahan diskusi saat pertemuan berikutnya.

Kedua: waktu pertemuan di kelas, rata-rata dua jam, tidak digunakan untuk pemaparan materi lagi, melainkan untuk tanya-jawab dan diskusi. Mahasiswa boleh bertanya sebanyak-banyaknya. Atau, mahasiswa dibentuk beberapa kelompok untuk berdiskusi kemudian mereka dipersilahkan berdebat. Hwah, terbayang asyiknya. Hahaha.

Ketiga: tugas yang diberikan pun harus dikumpulkan melalui pos blog. Mahasiswa silahkan mengirimkan tautan tugas yang disetorkan dan dosen menilainya dari situ. Tentu dalam hal ini, tugas-tugas yang membutuhkan analisa ... misalnya anak hukum menganalisa tentang undang-undang atau bagaimana implementasi undang-undang tersebut di masyarakat.

Menghayal boleh kan hahaha.

Pertanyaannya sekarang adalah: kenapa harus blog yang menjadi pilihan saya?

1. Mahasiswa senang punya blog. Artinya mereka tidak ketinggalan zaman.
2. Sekalian belajar menulis dengan baik dan benar/menulis tulisan kreatif.
3. Sekalian belajar tentang monetize.

Baca Juga: Gate: Rak Serbaguna

Yang jelas, ketika orang-orang berkata sudah saatnya proses belajar-mengajar lebih mudah dengan dunia digital, dosen-dosen di Uniflor sudah ada yang melakukannya. Ada yang menggunakan WAG, ada pula yang menggunakan Google Classroom, dan sebagian menggunakan blog. Kami di Ende sudah maju juga. Sama seperti kalian.

Bagaimana dengan di daerah kalian? Bagi tahu yuk di komen!



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak