Belajar Ngelawak


#PDL adalah Pernah Dilakukan. Pos #PDL setiap Jum'at ini merupakan cerita ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini.

***

Sabtu lalu baru lewat Lomba Stand Up Comedy Endenesia #1 yang digelar di Miau Miau Cafe Ende. Senang sekali video-videonya sudah tayang di Youtube, untuk sementara masih di akun/channel pribadi saya, dan menerima begitu banyak kritikan. Saya akui memang memancing tawa penonton itu jauh lebih sulit dari pada memancing ikan. Mohon maklum, semua peserta merupakan orang-orang yang benar-benar baru terjun/belajar di dunia stand up comedy dan baru pertama kali melakukannya di panggung bersamaan dengan pertama kalinya kegiatan ini digelar di kota kecil Ende.

Baca Juga: Hijrah

Gara-gara itu saya jadi ingat bahwa dulu saya pernah belajar ngelawak. Ngelawaknya di depan para keponakan. Herannya ... mereka terpingkal-pingkal mendengar lawakan yang sebenarnya jayus bin garing itu. Analisa saya, mungkin karena mereka takut sama si Encim galak, atau mereka menghargai Encim yang sudah berpayah-payah ngelawak di depan mereka. Pokoknya setiap kali saya bercerita tentang yang lucu dan konyol di hadapan mereka, riuuuuuh banget mereka terbahak. Ini, kalau saya ikutan lomba SUC Endenesia, sudah punya penonton dasar kan ya ha ha ha *ngakak guling-guling*.


Belajar ngelawak itu sebenarnya karena kebutuhan pekerjaan. Kalian yang sudah lama main ke sini pasti tahu kalau dulunya saya pernah menjadi penyiar Radio Gomezone FM yang kemudian berubah menjadi radio daring bernama Radio Gomezone Flores (waktu itu didengarkan melalui Nobex Radio) setelah mati suri selama sembilan tahun. Waktu masih zamannya Radio Gomezone FM dan dijuluki Ibu Peri oleh para Gomezoner (julukan untuk pendengar) saya memegang banyak program salah satunya program tentang kisah-kisah konyol begitu. Saya lupa nama programnya apa. Kalau tidak salah Ngakak Bareng Gomezone FM. Kalau salah ... maafkeun.

Belajar ngelawak itu pun, kalau di radio, harus membaca situasi. Misalnya Gomezoner mengirimkan pesan lucu yang menjebak, bagaimana otak kita bekerja cepat untuk membalik jebakan itu kepada si  pengirim pesan. Nah, itu punch-nya haha. Sudah sering mereka terjebak oleh jebakan sendiri dan pada akhirnya menyerah mengirimkan pesan lawakan jebakan. Misalnya jebakan pesan itu: nah monyetnya yang lagi baca sms ini, saya balik menjadi monyetnya yang mengirimkan sms ini.

Sesungguhnya, siapa pun bisa belajar ngelawak, dan dimulai dari blog. Raditya Dika memulainya dari blog. Kerani si pemilik My Stupid Boss pun demikian. Saya sendiri punya buku kompilasi kisah kocak yang berkiblat dari kisah kehidupan sehari-hari.


Sampai sekarang pun saya masih belajar ngelawak. Menulis banyak kisah konyol bukan berarti dengan begitu saja langsung bisa berbicara di panggung stand up comedy misalnya. Amboi, masih banyak yang harus saya pelajari, karena, lagi, memancing tawa penonton tidak semudah memancing ikan. Insha Allah suatu saat nanti saya punya keberanian untuk berdiri di panggung mini SUC Endenesia untuk ber-stand up comedy. Doakan ya!

Oia, maafkan akhir-akhir ini belum bisa blogwalking yang rajin, padahal pengen, pengen tahu kisah Kakak Rey itu kayak apa hari ini ... soalnya semakin banyak yang harus diperhatikan *tsah*. Salah satunya, Jum'at dan Sabtu depan saya bakal mengisi kelas blogging di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - FKIP - Uniflor. Mungkin bakal pakai materi yang kemarin dipakai waktu ngisi materi blogging di Program Studi Pendidikan Sejarah (dan Fisika). Mungkin. Nantilah baru dipikirkan. Yang jelas saya pengen jeda dari kelas blogging itu diisi sama teman-teman dari SUC Endenesia. Yipie!!!!

Baca Juga: Percobaan Gagal

Well, bagaimana dengan kalian, kawan? Pernah belajar ngelawak juga?



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak