On The Way to Riung


Cerita perjalanan kali ini lumayan panjang. Hah? Jalan lagi? Iye, traveling the world start from your hometown lah. Tapi kali ini travelingnya digabung sama kerjaan. Kata siapa traveling dan kerjaan tidak bisa digabung? Buktinya saya bisa menggabungkannya dan tetap have fun go mad. So mad so fun. Fun banget sampai dikira mad sama yang lihat. Haha. Tulisan ini merupakan bagian pertama dari perjalanan kali ini.
Hari Jumat, 31 Agustus 2012 sudah bangun pagi-pagi sekali. Yaaa pagi-pagi sekali versi saya itu sekitar pukul 07.00 *maaf*. Tetapi karena mata masih lengket tubuh kembali jatuh dalam pelukan kasur. Tepat pukul 10.00 baru pergi mandi dan prepare perjalanan untuk 3 hari. Pukul 11.00 setelah sarapan telur ceplok dan secangkir kopi, juga mencium tangan mamatua, berangkatlah saya ke arah barat Pulau Flores. Memacu oiM hituP dengan semangat menyala-nyala. Ihiiir! Oia, bawaan tidak banyak. Hanya sebuah backpack andalan yang isinya : laptop, 4 buah charger, pakaian dalam kemasan anti air, daleman dalam kemasan anti air, perlengkapan mandi juga dalam kemasan anti air, cemilan ala kadarnya. Kalau ditanya : bagaimana seandainya perjalanannya memakan waktu 1 minggu? Bawaannya ya tetap segitu. My life in one backpack!

Spido saya jaga antara 60 sampai 80 saja. Tapi toh itu termasuk ngebut di tengah belantara jalanan antara kabupaten di Pulau Flores yang lebih banyak tikungannya ketimbang kendaraannya. Tumben kali ini tidak banyak kendaraan satu arah selain kendaraan dari arah berlawanan. Untungnya saya bukan penakut karena sebagian perempuan akan merasa ngeri nge-bike seorang diri di belantara jalanan Pulau Flores. Ah, ada Dia yang menjaga. Hanya satu kali saya merasa merinding saat melintasi tikungan yang ada pohon bambunya di daerah Nangaroro. Mungkin rumpun pohon bambu itu bertuah sedangkan rumpun pohon bambu lainnya ber … berbambu hehehe. 

  
Dari Ende melewati Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, lalu melintasi Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo. Emang tujuan saya ke mana? Itu, Desa Ulupulu 1 yang berada dalam wilayah Kecamatan Nangaroro dan Desa Raja Timur yang berada dalam wilayah Kecamatan Boawae. Tiba di Aigela sengaja tidak berhenti dulu *melirik jagung rebus dengan perasaan meradang* karena ingin segera menyelesaikan tugas terlebih dahulu.

Desa Ulupulu 1, Kecamatan Nangaroro, terletak sekitar 15-an kilometer dari pertigaan : Ende, Bajawa, Mbay. Jalannya mulus, kinclong, bikin ban motor terbahak-bahak. Asyik sekali karena pemandangan Gunung Abulobo (Thanks Lin Gadi atas koreksiannya) dan dataran Mbay terlihat jelas. Jelas-jelas menggoda iman seorang petualang hehe. Di Desa Ulupulu 1 bertemu dengan kelompok mahasiswa KKN dan ulai meliput. Lucunya inilah pertama kali saya bertemu Ninis, mahasiswi KKN, kontak saya di desa ini. Sesi tanya-jawab berlangsung cepat karena dengan senang hati mereka memberi informasi-informasi tambahan yang tidak ditanyakan. Informasi itu diantaranya kegiatan mereka selama pekan 17-an dan betapa susahnya mereka memperoleh air bersih yang hanya didapat setiap pagi 5 jerigen (ukuaran 5 liter) untuk masing-masing Kepala Keluarga! Tuhan, saya tidak sanggup … hiks. Setelah meliput, mendata, mencatat, memotret, saya pamit pada mereka untuk pergi ke Desa Raja Timur.


Perjalanan ke Desa Raja Timur, Kecamatan Boawae saya lebih ngebut lagi. Jalannya banyak yang lurus dan tetap mulus. Untungnya saya tidak kebablasan sampai di pusat kecamatan soalnya desa tujuan saya ini letaknya berdekatan dengan Desa Ulupulu 1. Ternyata, oh! Untungnya itu … si Ardian, kontak saya di Raja Timur, baru pulang Jumatan dan mengklakson saya. Haha. Kalau tidak? Buang waktu deh ih. Kelompok mahasiswa KKN di Desa Raja Timur jumlahnya lebih banyak akibat dari penolakan 3 desa lain (karena jarak 3 desa lain itu memang sangat sulit dijangkau). Dengan gamblang Ardian menjelaskan program kerja yang telah dilaksanakan oleh mereka. Ada satu program yang menarik minat saya yaitu Sekolah Alam. Konsep yang dijelaskan oleh Ardian memacu semangat saya tetapi sayang kegiatan Sekolah Alam itu baru akan dimulai minggu depan. Ardian berjanji akan memberikan informasi tambahan beserta foto-foto.

Wah, tidak terasa jarum jam telah menunjuk angka 14.15 dan saya harus pamit. Ardian dan bapak induk semangnya menahan saya untuk menginap semalam di situ karena malamnya akan ada pesta di Desa Raja Timur. Aduuuh … pengen sih tapi gimana yaaa … kan saya harus menginap di Mbay. Berat hati saya tinggalkan Desa Raja Timur kembali ke Aigela, dua desa untuk dua hari liputan saya selesaikan dalam sehari. Perut saya keroncongan, mak!

Di Aigela sekitar pukul 14.45 saya berleha-leha di sebuah saung-warung pinggir jalan. Aigela merupakan pertigaan Ende, Bajawa dan Mbay yang menjadi check-point para pengguna jalan. Saya menghabiskan 3 jagung rebus dan 2 telur busuk. Eh, dua telur rebus haha. Secangkir kopi jangan sampai lupa supaya mata awas. Human interest itu asyik. Mengobrol dengan penduduk lokal, bercanda dengan para bocah dan bercerita merupakan satu hal yang bisa kau lakukan di mana saja, teman. Asal kau tidak menganggap diri super higienis dan sempurna untuk dapat membangun komunikasi dengan orang lain. Hehe. Sayangnya check-point seperti Aigela tidak tersedia kamar mandi umum. Padahal kamar mandi umum itu penting. Penduduk juga tidak menyediakan kamar mandinya untuk digunakan khalayak. Ya iyalah yaaa.

Sekitar pukul 15.15 saya pamit. Tujuan saya selanjutnya adalah Mbay! Ini dia ibukota Kabupaten Nagekeo yang landscapnya paling unik se-Flores. Datar! Dari Aigela menuju Mbay jalanannya juga mulus dan menurun. Sesekali tanjakan. Pada beberapa titik sempat berhenti dulu untuk mengabadikan pemandangan. Jangan puas sama mata! Biarkan kamera merekam dalam gambar supaya banyak orang yang juga menikmati.

Pukul 16.00 tiba di Mbay, disambut dengan jalanan lebar, lebar dan lebar. Mulus, mulus, dan mulus. Selain itu persawahan dan gudang bawang merah juga menyambut saya. Aih aroma bawang merah bikin tambah lapar! Melihat sawah hijau saya langsung teriak histeris. Have fun go mad! Sampai ada yang melihat saya dengan tatapan orgil-dari-mana-sih-lu? Hihi. Habis histeris dengan kencang-kencang saya menyanyikan lagunya Adele : Someone Like You. Perfect. Tujuan yang paling utama adalah pompa-bensin. Selain mengisi bensin saya juga harus mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuh hahaha. Setelah semua urusan beres segera saya menghubungi Iwan. Iwan ini keponakan saya yang menikah dengan Reni. Reni bekerja sebagai bidan di Mbay, dia juga orang Mbay. 

Btw saya memang sial karena nomor HP yang utama tidak bisa dipakai. Sepertinya jaringan nomor tersebut eror ketika dibawa ke luar Ende. Untung saya membawa 2 HP cadangan. Begitu dihubungi Iwan langsung menjemput. Rencananya saya mau minta bantuan dia mencari hotel murah meriah ala backpack karena sesuai jadwal malam ini saya bermalam di Mbay menunggu besok pagi rombongan FC datang dari Ende untuk bersama-sama pergi ke Riung.

Iwan, as you know, tidak mengijinkan saya menginap di hotel. Saya diajak ke rumah mereka yang letaknya tidak jauh dari pompa-bensin. Tiba di sana, langsung leha-leha melepas lelah ditemani secangkir kopi yang rasanya aduhay bikin lidah meringis saking senangnya. Loh? Kolerasinya di mana? Hahaha. Ternyata malam itu Mbay lagi ada hajatan besar. Iya, ada acara Komuni Suci Pertama. Untuk daerah Danga saja ada 100 anak. Otomatis Iwan dan Reni harus pergi memenuhi undangan. Tidak masalah saya ditinggal di kamar sambil nge-game dan membuat laporan liputan. So fun, huh?

Tidur malam sudah pagi. Tidur malam yang kesiangan haha. Baru pukul 02.00 saya terlelap dan dibangunkan oleh alarm. Melihat-lihat sms, ada sms dari Oskar yang mengabarkan bahwa rombongan FC dari Ende sudah tiba di Nangaroro. Sudah dekat sekali dan artinya saya harus mandi. Selesai mandi, leha-leha, minum kopi pagi, sms dari Oskar datang lagi mengabarkan bahwa mereka sudah di pompa-bensin Mbay. Siap menjemput! Dari pompa-bensin kami : saya, Oskar, Ryan, Said (dokter hewan), dan Zya pergi ke rumah Iwan. Kami ditahan lagi untuk sarapan. Benar-benar keramahan orang Flores tiada dua. Kami tidak boleh berangkat ke Riung jika belum sarapan. Aw. Hehe. Beres sarapan, siap berangkat ke Riung! Pesan Iwan : harus mampir setelah pulang dari Riung.

Bagaimana perjalanan menuju Riung dan indahnya pesona alam Riung? Postingan berikutnya donk ;)

Noted : ngebike sendirian di jalanan lintas Kabupaten di Flores itu menyenangkan loh.


Wassalam.

3 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. asyik seng'sabar tunggu cerita selanjutnya... aduh gini2 nie seng'tahan mau pulang kampung oh... NTT .. tapi nyanda boleh buat namanya merantau ikut orang tua jadi.. dan bayank belajar dari teman2 di Pupua sangat menyenankan seperti dirumah Sendiri NTT.. oke :) kk ditunggu cerita ke 2'nya GBU kk salam buat teman2 disana.. :)

    BalasHapus
  2. Ngiri banget......
    Aku kecil hingga SMA tinggal di Papua
    Pengen menjelajah ke TImur Indonesia lagi...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak