Aisi Bulandi, Aisi Pasti

I taken this picture from Sriwijaya Air

Aku suka bicara. Menceritakan apa saja yang terjadi dalam hidupku pada kamu memberiku rasa puas. Bahwa aku telah melakukan seabrek kegiatan, tidak pernah membuang waktu dengan melamun, sedangkan kamu tidak. Dan kamu, ketika aku sedang bicara, hanya diam. Kadang kamu tersenyum memunculkan kerutan di sudut mata. Mata kamu yang teduh. Entah kamu tersenyum karena senang, turut senang, mendengar ceritaku atau tersenyum karena meremehkan. Aku tidak tahu karena kamu misterius. Kamu tidak ingin aku tahu. Kamu diam. Kadang diam kamu membuatku belingsatan. Aku ingin mencium kamu!
Kamu lebih sering diam meski sesekali juga menggunakan suara. Suara kamu yang berat seolah dikeluarkan dari gua terdalam dalam tubuh kamu yang mungil. Aku jarang mendengar kamu bercerita tentang diri sendiri. Kamu selalu menyoal tentang hidup, dunia, alam, pendidikan, proses manusia menjadi cerdas, dan lain-lain. Hal-hal yang tidak pernah terlintas dalam otakku. Cara kamu menyampaikannya padaku juga sepotong-sepotong, tak pernah tuntas kalimat itu. Cara kamu itu seorang mengatakan padaku : gunakan otakmu untuk potongan lain yang tak terucap.


Kita dipertemukan dalam suasana aneh. Dan ketika telah lama kita saling mengenal, telah sering kita bertemu, aku sadar bahwa kita begitu beda.


Kamu begitu tinggi. Aku begitu rendah.
Kamu seperti pesawat. Aku seperti tanah. Mungkin perumpamaan ini ganjal tapi itulah yang terlintas dalam benakku.

Kita dipertemukan dalam suasana yang konyol. Dan ketika telah lama kita saling mengenal, telah sering kita bertemu, aku sadar bahwa kita begitu beda. 

Kamu yang begitu tinggi, dengan cara yang tidak kamu sadari, telah mengajarkan padaku tentang rendah hati. Bahwa diri memang pantas diberadakan agar orang tahu tentang aku tapi diri tidak pantas disombongkan. Lewat tatapan mata kamu telah bicara padaku. Tidak, kamu tidak hanya bicara, kamu mengajari aku tentang kekerdilan manusia yang dapat dinilai lewat perkataannya.


Terima kasih untuk kamu.




6/8/12
12.55
The night when I remember you. It's always late for me to meet the right man.

2 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. ini tulisan tuteh yang paling aku suka, rasanya aku pernah mendengar seorang teman persis ngomong seperti ini, hihi


    dan si pendiam dengan potongan potongannya ternyata bukan ia sendiri. ada beberapa setidaknya :)

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak