Yoga: Awalnya Pasti Berat Tapi Lama-Lama Bisa Juga

 


Alunan musik itu begitu menenangkan syaraf otak, seakan mengajak pikiran mengabaikan suara-suara di luar studio (suara kendaraan di jalanan, suara anak-anak menjaja kudapan, bahkan ada pula suara petasan membahana), perlahan menggiring pikiran untuk fokus sementara posisi duduk bersila dengan mata terpejam. Atur nafas: hirup dan hembus dengan perlahan melalui hidung. Tenangkan pikiran. Tanggalkan dulu semua permasalahan dan kegelisahan hidup. Kelas Yoga akan dimulai. Are you ready? Siap tidak siap, harus siap, karena saya pribadi ingin berubah. Saya ingin bisa kembali shalat normal dan memperbaiki konstruksi tubuh.

Tahukah kalian? Ini dia 5 Manfaat Mengangkat Kaki Ke Dinding

Bermula pertengahan Desember saat Mila Wolo bercerita tentang kelas Yoga yang diikutinya dengan instruktur Kakak Mersi Woda. Saya tertarik, karena memang sedang ingin memperbaiki banyak hal dalam hidup (tentu juga pada tubuh) setelah kepergian Mamatua. Sebenarnya kelas sudah penuh. Tetapi atas bantuan Bibi Fitri, saya pun diterima sebagai murid baru di kelas dengan jadwal: Selasa, Kamis, dan Sabtu. Seminggu tiga kali. Tentu bisa. Saat ini saya sedang cukup punya banyak waktu luang. Lagi pula, kalaupun sedang sibuk, saya bisa izin untuk tidak hadir (kebanyakan karena malas, hahaha 😂).

Jadi, apa itu Yoga?

Melansir dari berbagai sumber:

Yoga adalah sekelompok latihan atau disiplin fisik, mental, dan spiritual yang berasal dari India kuno dan bertujuan untuk mengendalikan dan menenangkan pikiran, mengenali kesadaran saksi yang terpisah yang tidak tersentuh oleh pikiran dan penderitaan duniawi. Praktik Yoga diyakini telah dimulai sejak awal peradaban. Ilmu yoga berawal ribuan tahun yang lalu, jauh sebelum agama atau sistem kepercayaan pertama lahir. Dalam pengetahuan Yoga, Siwa dipandang sebagai Yogi atau Adiyogi pertama, dan Guru atau Adi Guru pertama.

Pertama kali ikut kelas Yoga, saya datang dengan berbagai keluhan. Neuropatik, kaki kiri yang bermasalah, tangan kanan yang terserang frozen shoulder, tulang ekor nyeri karena pernah terjatuh dengan suksesnya dalam posisi duduk. Menurut saya, masalah ini harus disampaikan pada Kakak Mersi karena ternyata beberapa gerakan Yoga tidak dapat saya ikuti secara utuh karena keterbasan tubuh. Kata Kakak Mersi, "Jangan dipaksa, sesuaikan dengan kemampuan tubuh saja." Oleh karena itu, sedapat mungkin kita tidak perlu menoleh ke kanan dan kiri karena bakal terpengaruh sama teman-teman sekelas yang sudah dengan sempurna melakukan pose tertentu.

Yang harus dinotis dari Yoga adalah terlihat enteng tapi justru sangat berat, terutama bagi saya.

Iya, serius. Gerakannya atau posenya terlihat enteng, sepele, ringan. Tapi kalau pose itu dipertahankan barang tiga puluh detik saja, saya sudah kelelahan setengah mampus. Apa lagi satu menit! Mungkin dari semua anggota kelas, hanya saya yang keringatnya sampai berbulir-bulir di tangan dan bikin licin kalau harus bertopang di matras. Apalagi pose-pose di mana harus bertumpu pada kaki dan tangan yang istilah saya kalau cerita ke Mama Len, "Badan macam terlipat!" wah ... saya sungguh ngos-ngosan. 

Tapi justru di situlah seninya Yoga.

Di situlah yang membikin saya bertahan setidaknya hampir sebulanan ini saya masih mengikuti kelas Yoga bersama Kakak Mersi. Karena setiap kali Yoga, ada anggota/bagian tubuh yang rasanya seperti ditarik-tarik, tapi anehnya setiap pulang dari kelas Yoga tubuh terasa lebih segar.

Makanya Mama Len bilang pada saya, "Encim harus rajin ikut Yoga supaya badan bisa lentur macam Ibu Mersi yang ajar Encim itu."

Oh ya, ini pertanyaan penting. Lantas, apakah sudah ada perubahan pada tubuh yang saya rasakan? Ada dong! Setidaknya: saya sudah dapat shalat normal (tidak shalat duduk), dan kalau bangun dari duduk usai mengaji (paling lama dua jam), saya bangun dengan ringan tanpa harus merasa kesakitan pada tulang ekor. Demikian pula ketika bangun dari kursi kerja setelah bekerja berjam-jam di depan laptop, tidak lagi pakai acara peregangan bokong 😂 Selain itu, ada hal lain yang tidak mungkin dapat saya tulis di sini, biarlah Buya saja yang tahu 😁😁😁

Betul! Satu Pekerjaan Saja Memang Tidak Pernah Cukup.

Saya patut berterima kasih pada Kakak Mersi, juga Mila dan Bibi Fitri, karena Yoga membawa perubahan yang sangat baik. Insya Allah saya akan bertahan mengikuti Yoga agar semakin banyak perubahan baik yang bisa saya rasakan. Dalam artikel ini saya belum menulis tentang Kakak Mersi dan perjalanannya hingga menjadi instruktur Yoga, di mana pada dinding studio ada sertifikat-sertifikat yang dipajang. Jujur, saya penasaran. Nanti ya, kalau ada kesempatan berbincang dengan beliau, akan saya tulis di sini. Daaaan perkembangan selanjutnya pada tubuh saya, juga nama-nama pose yang kami lakukan. Yang jelas, saya paling suka Savasana. Haha. 😂

Semoga bermanfaat.

Selamat menikmati malam Minggu!


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak