Perdebatan Panjang Tentang Woman, Female, Transgender



Sebelumnya saya disclaimer dulu bahwa artikel ini sama sekali tidak bermaksud menyudutkan, tidak pula bermaksud menghina, semua transgender atau transpuan atau transwanita. Setiap orang punya hak untuk menggali identitas diri mereka dan menyuarakan siapa diri mereka.

Mari kita mulai.

Yuk dibaca, Doxing, Salah Satu Toxic Media Sosial.

Bahasa Indonesia jauh lebih praktis dalam mendefenisikan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki rahim. Perempuan. Saya lebih suka memakai nama/istilah perempuan ketimbang wanita. Tapi untuk artikel ini, mari kita sepakat memakai wanita. Berbeda dari Bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris kita mengenal wanita dengan dua nama/istilah yaitu woman dan female. Apa itu woman? Apa itu female?

Isabella Sturgis (Mariam Shahab, Wakil Presiden, Direktur Strategi Digital) menulis artikel Stop Using "Female" When You Mean "Woman". Historically, female telah diterima secara luas sebagai bentuk kata sifat dari woman. Namun, penggunaan ini tidak hanya eksklusif, tetapi terus terang tidak akurat. Tidak semua yang terlahir sebagai female adalah woman, dan tidak semua woman terlahir sebagai female. Istilah female berkonotasi biologis, biasanya mengacu pada jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir berdasarkan anatomi dan juga digunakan untuk menggambarkan hewan yang mampu melahirkan anak atau menghasilkan telur (Merriam Webster).

Dalam bahasa sehari-hari, woman mengacu pada gender; pemahaman internal seseorang tentang identitas mereka dan bagaimana hal itu cocok dengan konstruksi sosial. Penggunaan ini mencakup wanita transgender, yang tidak dilahirkan sebagai wanita, dan menganggap bahwa seorang wanita adalah setiap manusia yang memegang identitas gender tertentu, terlepas dari jenis kelamin yang ditetapkan pada mereka saat lahir.

Konklusi yang dapat ditarik dari tulisan Isabella Sturgis adalah bahwa seorang transgender atau transpuan atau transwanita adalah woman.

Tapi mari kita simak obrolan panas antara Matt Walsh dengan dua lelaki yang mengidentifikasi diri mereka sebagai non-binary transmasculine. Identitas gender non-biner yaitu istilah untuk menggambarkan seseorang dengan identitas yang tidak mengacu pada perempuan atau laki-laki. Secara fisik salah satu non-binary transmasculine berpenampilan layaknya laki-laki dengan kumis dan jambang. Yang satu lagi berambut panjang, memakai anting-anting, punya kumis dan jambang pula. Karena Bahasa Indonesia jauh lebih praktis, fisik dan perilaku non-binary transmasculine dapat dikategorikan dan/atau dengan menggunakan istilah banci.

Berbedakah antara banci/bencong dengan waria? Menurut hemat saya pribadi, banci masih berpenampilan layaknya laki-laki namun berperilaku gemulai. Sedangkan waria Menurut Atmojo (1986) adalah laki-laki yang berdandan dan berperilaku sebagai wanita, istilah waria diberikan bagi penderita transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan jiwanya. Jadi, waria itu termasuk pula yang dimaksudkan dengan transpuan.

Kenapa disebut waria (wanita pria) ya? Karena basic-nya mereka pria, harusnya disebut riawa (pria wanita).

Kembali pada obrolan antara Matt Walsh dengan dua non-binary transmasculine, pada intinya kedua non-binary transmasculine tersebut tidak dapat mendefenisikan woman sebagaimana pertanyaan Matt Walsh. Yang menjadi masalah adalah ketika salah satu dari non-binary transmasculine mengatakan bawah transpuan adalah wanita. Jadi begini, saya tidak mendefenisikan apa itu wanita. Karena saya tidak teridentifikasi sebagai wanita. Itu yang dikejar Matt Walsh, bahwa sebelumnya dia mengatakan bahwa transpuan adalah wanita/woman. Bagaimana mungkin seorang non-binary transmasculine mengatakan bahwa transpuan adalah woman sementara dia tidak dapat mendefenisikan istilah woman karena dirinya tidak teridentifikasi sebagai woman.

Dari situ dapatlah kiranya saya mengambil kesimpulan bahwa hanya ada dua jenis kelamin dan/atau dua gender yang diciptakan Tuhan di dunia ini yaitu laki-laki/pria dan perempuan/wanita. Di luar dari dua istilah itu, tidak dinamakan seperti itu karena misalnya seorang pria melakukan serangkaian operasi agar fisiknya berubah seperti wanita, tapi dia tidak disebut wanita melainkan tetap transpuan. Demikian pula dengan transpria, sampai kapan pun dia tidak akan disebut pria melainkan transpria. Pada kartu identitas pun, di Indonesia misalnya, dia akan tetap ditulis pria, atau wanita.

Oh ya, Matt Walsh sendiri adalah Host of "The Matt Walsh Show" at The Daily Wire, bestselling kids' author, & women’s studies scholar.

Saya tergelitik dengan omongan Ben Shapiro berikut ini:

USA Today has an entire piece by a person named Alia de Stagger today called Marsha Blackburn asked Ketanji Brown Jackson to define woman. Science says there is no simple answer.

Oh really is that what science says?

Truly, is that what science says there's no simple answer to what is woman? Weird! Because for example, I will note that archaeologists have literally dug up corpses of people like 2.500 years old, okay, and they can identify how this person lived, they can identify wheter they were male or female you can dig up the bones of humans of homo sapiens from thousands and thousands of years ago, and you can determine whether they are men or women without asking their gender.

It's unbelievably, I know, it's very difficult you can believe it or not you can even do this with non-humans you can do this like seals, like if you go to a mammal you can tell whether it's a male or female, I know these are really difficult concepts for these people. 

Yang oleh orang Indonesia dibikin mims bahwa seperti apa pun seseorang mengubah penampilannya, bahkan sampai mengoperasi kelaminnya, namun ribuan tahun kemudian jika para arkeolog menggali dan menemukan sisa-sisa jasadnya (biasanya tulang-belulang) maka arkeolog hanya dapat mengidentifikasi sisa-sisa jasad itu adalah pria, atau wanita. Hanya pria, atau wanita. Kalau kalian penonton serial science-crime Bones, maka kalian akan tahu bahwa yang paling pertama teridentifikasi itu biasanya tulang panggul dan konstruksi tengkorak (termasuk rahang dan gigi).

What the Bones Reveal: Real-Time Crime Scene Investigation - Smithsonian Associates mengatakan bahwa sisa-sisa manusia mungkin terbakar, terfragmentasi, tidak lengkap, atau tidak dapat diidentifikasi secara visual. Antropolog forensik menggunakan berbagai metode untuk memperkirakan usia kerangka, jenis kelamin, dan tinggi badan, dan juga memeriksa patologi yang dapat mengarah pada identifikasi.

Non-binary transmasculine, waria, banci, transpuan, menjadi sesuatu yang lumayan keras ditentang bukan karena keberadaan mereka saja melainkan dampak yang ditimbulkannya. Kalau kalian rajin menggali lebih jauh, kalian akan menemukan berita-berita fenomenal tentang pria sejati yang menyamar sebagai wanita dan/atau waria, lantas berteman akrab dengan seorang wanita, namun itu hanya modus. Teman wanita tersebut kemudian diperkosa. Kenapa terjadi? Karena wanita itu percaya bahwa waria tidak punya ketertarikan seksual dengan wanita.

D*mn.

Tambah wawasan baca ini: Menangkal Hoax Netizen Harus Cakap Digital.

Saya harus meriset lebih dalam tentang hal ini, mungkin akan saya tulis secara terpisah. Tapi sekali lagi, sesuai dengan disclaimer di awal artikel, tidak bermaksud menyudutkan, tidak pula bermaksud menghina, semua transgender atau transpuan atau transwanita. Setiap orang punya hak untuk menggali identitas diri mereka dan menyuarakan siapa diri mereka. Saya menulisnya dari pandangan umum saja.

Mudah-mudahan bermanfaat.


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak