Edukasi Anak Melalui Acara Anak Tidak Harus di Televisi

 


Tidak pernah lagi menonton televisi bukan berarti tidak pernah menonton televisi. Zaman dulu, sebelum era Youtube, televisi di rumah kami sudah dinyalakan oleh Mamatua sebelum adzan Subuh berkumandang. Tontonannya ya Mama Dedeh. Sekitar pukul 06.00 WITA, Mamatua menambah volume televisi dan receriver 100% untuk mendengarkan lagu Indonesia Raya. Kalau sudah begitu, paling aman bangun dan pergi mandi, karena volume segitu memang sanggup membangunkan satu kompleks.

Mari cari tahu apa itu Gantung Periuk!

Ada keprihatinan sejak acara anak-anak di televisi semakin sedikit. Dulu saya masih sering menonton Laptop Si Unyil. Suka banget kemasan acaranya. Tapi setelah tidak menonton televisi pun saya masih sempat menonton Laptop Si Unyil melalui Youtube. Saya tidak tahu bagaimana perkembangan acara anak-anak di televisi. Apakah masih ada atau memang sudah tidak ada seperti kata Pak Helmy Yahya?

Sedih kita hampir nggak ada acara anak-anak di indonesia. Kau tahu apa alasannya? Acara anak-anak pasti ditaruhnya pagi, begitu ditaruh pagi rate card-nya murah. Mau habis pun slot iklannya dapatnya dikit, karena dapat penghasilan illannya dikit pasti biaya produksinya kecil, biaya produksi kecil, rogram menjadi tidak bagus. Begitu ditayangkan anak-anak juga nggak nonton.

Memang demikianlah adanya. Tren menonton televisi sudah agak bergeser karena beberapa alasan. Pertama, masyarakat Indonesia sudah punya pilihan lain yaitu internet khususnya Youtube. Kedua, ketimbang rebutan menonton acara favorit masing-masing anggota keluarga di televisi, mending beli telepon genggam, bebas mau membaca atau menonton apa. Ketiga, acara di televisi semakin membosankan dengan banyaknya iklan yang tidak bisa dilewati. 

Di Youtube, banyak video khusus (anak) yang bisa ditonton oleh anak-anak. Misalnya Laptop Si Unyil. Atau film-film anak macam Upin Ipin. Jadi, edukasi anak melalui acara anak tidak harus di televisi. Anak-anak menonton televisi itu kebanyakan karena ikutan orangtuanya menonton pertandingan sepak bola 😁  atau Moto GP. Khusus anak-anak yang tidak punya televisi di rumah, atau televisi di rumah hanya satu dan jadi rebutan, bermain di luar rumah adalah pilihan tepat.

Bocil kompleks yang saya panggil pasukin, jarang menonton televisi. Mungkin karena televisi di rumah mereka sudah dikuasai oleh emak atau tante yang doyan nonton sinetron penguras air mata. Pasukin lebih suka main di luar rumah. Jujur, saya lebih suka melihat pasukin bermain di luar rumah. Permainan tradisional paling dasar seperti main bola, misalnya. Karena mereka pun tidak dimodali telepon genggam sama orangtua. Bagaimana mengedukasi mereka? Bikin kuis! Seperti yang dilakukan Jerome Polin yang diangkat oleh Pak Helmy Yahya dalam video di atas.

Karena teras rumah saya sudah dijadikan semacam shelter oleh pasukin, setiap hari tentu saya berinteraksi dengan mereka, khususnya setelah pulang kerja. Iseng saya mengajak mereka bermain kuis-kuis-an macam yang sering kalian tonton di Youtube:


Ternyata bermain begini asyik juga. Mereka masih bisa diedukasi jika tidak tahu akan pertanyaan yang diberikan. Siapa bilang mereka tidak mau? Jelas mereka mau karena iming-iming hadiah 😂 Dasar bociiiillll. 

Tapi kalau kembali pada televisi dan acara anak, memang sulit. Oleh karena itu saya menulis judul, tidak harus di televisi. Di mana pun bisa. Tapi karena konsentrasi Pak Helmy Yahya adalah televisi, maka hal tersebut harus dipikirkan bersama orang orang-orang di dunia pertelevisian. Apa perlu mengembalikan tayangan serupa Lenong Bocah? Atau dibikinkan kuis khusus anak, atau permainan seru macam tayangan Fun House tempo dulu? Mana-mana saja boleh, asal ada nilai edukasi di situ. Insya Allah bisa.

Jika melawan raksasa dirasa sulit, ayo bikin sendiri. Seperti yang sudah dilakukan oleh Jerome Polin. Mungkin Pak Helmy Yahya bakal bikin kuis, yang nanti juga ada khusus untuk anak-anak. Eh sumpah, saya kangen banget nonton kuis zaman dulu yang dibesut sama Pak Helmy Yahya. Bagus-bagus kuisnya. Sangat mengasah otak dan mendidik.

Ada Sejuta Pesona di Desa Detusoko Barat.

Bagaimana menurut kalian? Bagi saya sih, kapan pun kita bisa mendidik anak-anak di sekitar kita. Yang penting jangan ada unsur paksaan dan bersifat bermainan (semacam kuis) pasti mereka suka, karena meskipun anak-anak, ada semangat ingin menjadi juara dalam diri mereka. Itu mungkin yang perlu kita manfaatkan dari anak-anak.

Yuk ah ...


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak