Masih Banyak Cerita Menarik Dari Kabupaten Nagekeo


Masih Banyak Cerita Menarik Dari Kabupaten Nagekeo. Kamis, 9 Januari 2020, lagi-lagi saya tancap gas menuju Kabupaten Nagekeo. Sepertinya dari semua kabupaten yang ada di Pulau Flores khususnya dan Provinsi Nusa Tenggara Timur umumnya, Nagekeo merupakan kabupaten yang paling sering saya kunjungi baik untuk meliput kegiatan kampus maupun karena kepentingan pribadi. Keberangkatan saya kemarin itu karena hendak meliput kegiatan Uniflor Road Show 2020 oleh Panitia Panca Windu Uniflor 2020 yang diselenggarakan di Lapangan Berdikari, Kota Mbay. Uniflor Road Show 2020 diselenggarakan Sabtu, 11 Januari 2020, tapi saya memilih berangkat dua hari lebih awal karena diperbolehkan. Haha. Lagi pula saya juga harus pergi ke sekolah-sekolah untuk mempromosikan Universitas Flores (Uniflor) bersama Kakak Shinta Degor dan Pak Anno Kean. Ya, kami masih menjadi bagian dari Tim Promosi Uniflor.

Baca Juga: Jangan Mengeluh: Hidup Memang Penuh Warna dan Cerita

Sebenarnya dari Ende saya hendak tancap gas sendirian ke Kota Mbay, Ibu Kota Kabupaten Nagekeo, tetapi setelah japri sama Kahar yang kebagian jadi anggota panitia seksi perlengkapan, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat bersama. Terpaksa meninggalkan rombongan pertama lainnya yang masih siap-siap. Tancap gas tanpa jeda sedikit pun terbayarkan ketika mulut sibuk mengunyah butir jagung pulut rebus di Aigela, sebagai check point tiga kabupaten: Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, Kabupaten Nagekeo. Dari Aigela, perjalanan dilanjutkan ke Kota Mbay. Tiba Kamis sore menjelang maghrib, saya dan Kahar langsung menikmati mi ayam yang rasanya aduhai dan saya lupa nama warung kecil itu. Hehe. Lantas kami menuju rumah Novi Azizah di daerah Alorongga (masih daerah kota), alih-alih menginap di rumah keponakan saya di Towak.

Di Aigela.

Melepas lelah, ngopi, mengobrol, haha hihi, bersama Kahar dan Novi, rasanya sangat menyenangkan. Dari situ saya mendengar banyak cerita masa kecil mereka yang bahagia, karena Kahar juga pernah bersekolah (SD) di Kabupaten Nagekeo. Salah satunya: sarapan nasi disiram kopi-panas. Wow! Bagian ini bakal saya ceritakan di pos tersendiri. Haha. Bagi mereka kisah ini semacam aib, tapi bagi saya kisah ini merupakan sesuatu yang harus diceritakan karena unik.

Karena satu dan lain hal, beberapa teman panitia yang tiba Kamis malam, menginap pula di rumah Novi. Terima kasih yang luar biasa untuk Mama dan Novi yang sudah menerima kami semua. Hehe. Terkhusus empat teman lainnya itu: Om Evan, Sotter, Willy, Marten. Kalau Kahar sih menginap di rumah kakaknya yang memang berdomisili di Kota Mbay. Sedangkan saya sendiri memang sering menginap di rumah Novi atau di rumah keponakan. Meskipun baru keluar dari rumah sakit, tapi Mama begitu tulus menerima kedatangan teman-teman lain di rumah itu. Ah, serasa home sweet home.

Akhirnya saya punya banyak cerita dari perjalanan ini selain kegiatan Uniflor Road Show 2020!

Yuk mari kita cari tahu apa saja cerita menarik dari Kabupaten Nagekeo tercinta ini *kedip-kedip*.

Kebun Sayur


Jum'at, 10 Januari 2020, merupakan hari terbaik sekaligus tersibuk khusus untuk saya dan Novi. Hari itu saya dan Novi sudah punya rencana jalan-jalan. Jalan-jalan yang cukup panjang dan lama. Tapi, mengingat ada empat teman lain yang menginap di rumah Novi, kami kemudian memutuskan untuk terlebih dahulu pergi ke pasar dan memasak makan siang karena Mama belum kami ijinkan masuk dapur. Di pasar, kami hanya membeli ikan, tahu-tempe, dan bumbu, sedangkan sayurnya dibeli langsung di kebun sayur! Menurut Novi, lebih baik membeli sayur langsung di kebun karena bakal dapat banyak. Lha, saya pikir kebunnya itu jauuuuh banget. Karena kan judulnya 'kebun' begitu. Ternyata lokasi kebun sayur ini tidak sampai 500 meter dari rumah Novi. Uh lala. Manapula sepeda motor bisa langsung diparkir di depan rumah pemiliknya.


Namanya juga kebun sayur, areanya luas (sekitar satu hektar), dipergunakan oleh pemiliknya untuk menanam bermacam jenis sayuran seperti kangkung, sawi, terung, pucuk labu, bayam (juga bayam merah) dan lain sebagainya. Begitu tiba di depan rumah pemiliknya yang sepetak dua petak itu, Novi langsung bilang, "Beli sayur kangkung lima ribu, sayur sawi lima ribu, terung lima ribu." Saya pikir, dapatnya paling segitu-segitu juga, tidak super wow seperti yang dibilang Novi sebelumnya. Lantas mata saya mengekori si Mama yang mengambil parang dan pergi ke kebun. Seperti terhipnotis, saya menyusulinya. Ya ampun, cara si Mama menebas sayuran begitu semangat padahal kan kami hanya membeli 15K kalau ditotal!


Bagi saya pribadi yang tinggal di Kota Ende, melihat sayur seharga 15K dengan jumlah segitu banyaknya, sungguh di luar ekspetasi. Istilah orang pasar: kami membeli langsung dari tangan pertama. Ceritanya bakal beda kalau membelinya dari tangan kedua apalagi tangan ketiga. Noted.


Karena banyaknya sayuran itu, semua diletakkan di bagian depan motor matic saya. Dalam perjalanan pulang ke rumah saya merasa seperti pedagang sayur sungguhan ha ha ha. Tinggal teriak, "Sayur! Sayur!" Tiba di rumah, saya dan Novi langsung mengeksekusi segala bahan bekal makan siang: ikan, tempe-tahu, sayuran. Kami harus bergegas karena waktu semakin mepet. Jalan-jalan harus terlaksana! Saat sedang memasak, Oston dari kepanitiaan mengirim pesan WA pada saya, bersedia untuk bertemu band lokal yang bakal tampil sebagai band pembuka kegiatan Uniflor Road Show 2020. Nama band-nya Alf The Bond Band. Dan karena Novi yang merekomendasikan mereka, maka Novi pun meninggalkan saya untuk menemani anak-anak band bertemu Oston.


Begitu si Novi pulang kembali ke rumah, gantian saya yang ijin pergi bertemu para bedebah. Iya, saya menerima pesan WA dari Ruztam Effendi, sahabat masa SMA yang punya Nirvana Bungalow di Riung. Ajakan makan siang! Saya pamit pergi bertemu Ruztam di Rumah Makan Mini Indah. Masaknya gantian begitu ... ceritanya.

Bedebah Bertemu Para Bedebah


Adalah hal yang lumrah apabila saya sering memanggil teman-teman masa SMA dengan istilah bedebah. Hehe. Rasanya ada yang kurang apabila kata itu tidak terlontar. Dari rumahnya Novi menuju Rumah Makan Mini Indah, a la prasmanan, hanya memakan waktu sekitar lima menit. Ndilalah di sana sudah ada Ruztam, dan Bruno! Dua sahabat masa SMA yang masih ramai di WAG alumni ini sudah menanti dengan wajah sumringah. Ya Tuhan, saya kangen banget sama mereka. Terlebih Ruztam. Kalau Bruno kan pernah ketemu di akhir 2019, ditraktir sama dia di El Cafe - Mbay.


Makan siang kami diwarnai saling ngecap, saling mengumpat, saling menasihati (ini bagian paling sedikit), dan haha hihi gaje. Sebenarnya saya pengen mengajak mereka melanjutkan ngopi di rumah Novi (saya memang tamu kurang ajar, sudah menginap, bertingkah seakan rumah sendiri, hahaha), tetapi kedatangan Ruztam ke Kota Mbay adalah untuk berbelanja kebutuhan Nirvana Bungalow sehingga dia tidak bisa terlalu lama bersantai. Baiklah. Siang itu kami berpisah di depan Rumah Makan Mini Indah dengan janji bakal ketemu malam minggu di Lapangan Berdikari untuk menyaksikan Uniflor Road Show 2020, tetapi kemudian ... ya bisa kalian tebak ... kami tidak bertemu lagi karena kesibukan mereka juga berada di level galaksi.

Terima kasih, para bedebah!

Love youuuuu all!

Taman Wisata Hutan Mangrove


Balik ke rumah, Novi sudah selesai memasak dan bahkan empat teman kami sudah selesai makan siang. Beres semuanya, saya dan Novi melaksanakan rencana jalan-jalan. Sekitar pukul 14.00 Wita, kami meluncur ke Desa Marapokot yang selama ini dikenal karena adanya pelabuhan: Pelabuhan Marapokot. Waktu tempuh sekitar 15 sampai 20 menit dari pusat Kota Mbay. Tujuan kami ke Desa Marapokot tentu saja Taman Wisata Hutan Mangrove (bakau). Kalian mungkin bakal bertanya-tanya, apa sih menariknya hutan mangrove? Dan kenapa pula ada embel-embel 'taman wisata'? Makanya, baca sampai selesai. Haha. Jangan di-skip!


Adalah sekelompok anak muda di Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, yang berupaya untuk menggali dan memanfaatkan potensi hutan mangrove yang ada di wilayah mereka, yaitu wilayah pantai, menjadi destinasi wisata. Mereka kemudian membangun spot-spot instagenic antara lain jembatan dan tempat bersantai. Jembatan-jembatan dibuat bermaterial bambu dan kayu, tidak lupa hiasan lampion-lampion di atas jembatan, dan tempat bersantai/duduk bermaterial ban bekas, spot-spot instagenic dengan tulisan-tulisan menarik/kekinian. Tidak lupa cat warna-warni semakin memikat mata.


Baca Juga: Ngana Ate Sebuah Blog (Puisi) Baru Yang (Terpaksa) Dibikin


Inilah yang saya sebut dengan perpaduan antara wisata alam dan wisata buatan. Salut sama anak muda Desa Marapokot! Kalian hebat!



Puas foto-foto, saya dan Novi duduk mengaso di jembatan paling ujung yang berhadapan dengan perairan luas, dan mengobrol. Jujur, tempat ini bisa menjadi tempat 'melarikan diri' dari segala kepenatan dunia. Hehe. Nyamaaaaan banget. Jujur, saya bukan tipe orang yang suka 'melarikan diri' dari segala problematika hidup, paling parah ya menulis dan nge-game. Tapi bagi saya lokasi ini bisa jadi tempat merenung mikirin jodoh yang belum tiba juga. Andai kata ada secangkir kopi menemani, pasti lebih betah, malas pulang ke rumah!


Oh ya, biaya masuk Taman Wisata Hutan Mangrove hanya sebesar 5K. Murah sekali untuk kesenangan yang bisa didapatkan di sana. Dan saat datang ke sana pun, pengunjungnya hanya saya dan Novi. Berasa berada di hutan pribadi.


Taman Wisata Hutan Mangrove ini mengingatkan saya pada perjalanan tahun 2010 di Cilacap, Provinsi Jawa Barat, menyusuri labirin mangrove. Waktu itu kami menyewa perahu untuk menyusuri labirin mangrove tersebut.



Semoga saya masih bisa kembali ke tempat ini untuk sesi foto pre-wedding ... ngimpi boleh ya. Haha. Bagi kalian yang hendak pergi ke Kabupaten Nagekeo, khususnya Kota Mbay, jangan sampai lupa berkunjung ke Taman Wisata Hutan Mangrove.

Rumah Pohon


Dari Taman Wisata Hutan Mangrove, kami tancap gas ke Pelabuhan Marapokot yang jaraknya hanya sekitar lima menit berkendara. Tujuan kami adalah Rumah Pohon yang sejak lama sudah dipromosikan Novi tapi belum kesampaian ke sana. Rumah Pohon berlokasi di Pelabuhan Marapokot sekitar 10 meter sebelum pintu masuk pelabuhan di sisi kiri. Saya tidak tahu nama pohon yang dipakai sebagai base rumah pohon ini, tetapi sangat menarik melihat rumah pohon karena belum pernah melihat yang seperti ini.


Kata Novi, Rumah Pohon ini milik pamannya, jadi kami mah bebas jungkir balik di situ. Hanya saja saat kami datang kondisinya sedang terkunci sehingga harus naik melewati balok yang uh wow bikin gagal ginjal. Hehe. Novi saja yang bisa memanjat, saya menyerah!


Di Rumah Pohon tidak seberapa lama, kami memutuskan untuk pulang kembali ke Kota Mbay. Mendadak mengantuk euy.

Oh ya, yang juga harus kalian tahu bahwa malam harinya kami semua diundang makan bebek panggang dan ikan panggang di Towak, di rumah keponakan saya Iwan dan Reni. Aduhai! Meskipun sempat tunggu-menunggu, gara-gara Kahar ini mah, akhirnya tiba juga di rumah dinas Pustu Towak tersebut.


Dari penampakannya saja menggoda iman. Bagaimana dengan rasanya? Ya jelas bikin iman runtuh. Hehe. Selain bebek panggang, ikan panggang, ada pula ikan goreng, sayur merungge, dan sambal jeruk. Sudah ya, jangan diteruskan, nanti kalian ngiler. Hehe. Yang jelas menu ini selalu disiapkan oleh keponakan saya kalau berkunjung. Berasa jadi ratu. Jangan lupa, saya kan Presiden Negara Kuning.

Uniflor Road Show 2020


Ini kegiatan utama pada Sabtu, 11 Januari 2020. Sebelumnya, pagi hari, saya dan Tim Promosi Uniflor pergi ke SMA-SMA di Kota Mbay dan sekitarnya, termasuk ke Desa Marapokot dan daerah Aeramo! Sedangkan malamnya, saya wajib meliput kegiatan Uniflor Road Show 2020 tersebut, yang juga dihadiri oleh Bupati Nagekeo yaitu Bapak Don. Untuk kegiatan tersebut, kalian bisa membaca berita yang sudah saya unggah ke media sosial. Berikut, salah satu tautannya:



Silahkan dibaca. Inilah salah satu wujud dari pekerjaan saya selama ini. In case kalau ada yang kepo kok sepertinya saya jalan-jalan terus. Hehe.


Saya yakin masih banyak cerita menarik lainnya dari Kabupaten Nagekeo yang bisa ditulis di blog, tapi tentu saya harus mengeksplornya terlebih dahulu. Kalian sabar menanti kan? Sama, saya juga sabar menanti, menanti saatnya jalan-jalan lagi. Hehe.

Baca Juga: Bergeliat Bersama Exotic NTT Community: Travel Explore Share

Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih kepada Mama, Mamanya Novi, yang meskipun dalam kondisi sakit, masih begitu perhatian dan peduli pada saya dan teman-teman lain yang menginap di rumah. Mama sudah kami anggap seperti Mama sendiri. May Allah SWT bless you always, Ma. Mama adalah yang terbaik bagi kami. Terima kasih juga untuk Novi, pada akhirnya niat jalan-jalan ke Taman Wisata Hutan Mangrove dan Rumah Pohon terlaksana juga minggu kemarin. Sungguh masih banyak hutang kita (saya) karena kita belum pergi ke Pulau Ri'i Taa dan pabrik garam itu ya, Nov. Insha Allah next time. Terima kasih, Nov. Terima kasih. Pun, terima kasih untuk keponakan saya: Iwan dan Reni, juga dua cucu saya: Andika dan Rayhan, atas segala pengertian kenapa saya belum bisa menginap di rumah kalian beberapa kali ke Kota Mbay. Nanti ya, Insha Allah.

Semoga saya masih bisa kembali ke Kabupaten Nagekeo untuk mengeksplor lebih banyak tempat wisatanya. Doakan! Kalian juga doooonk, main-mainlah ke Kabupaten Nagekeo, siapa tahu kita ketemu di jalan. Hehe.

#SeninCerita
#CeritaTuteh



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak