Balada: Lebih Baik Sakit Hati Daripada Sakit Gigi Ini


Kalau kalian lupa, judul pos ini tentu bakal segera mengingatkan kalian pada Meggy Z, hanya beda kata yang saya balik. Iya, Meggy Z bilang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Kalau saya bilang, lebih baik sakit hati daripada sakit gigi! Sumpah, sakit hati masih bisa diredakan dengan jalan-jalan dan makan-makan. Biasa kan, supaya mantan tidak terlalu menguasai isi kepala kita. Kita? Hahaha. Sakit gigi tidak bisa diredakan begitu saja dengan jalan-jalan apalagi makan-makan. Saya mengalaminya saat pra-sedang-paska Idul Fitri kemarin. Sakitnya sudah tidak tertahankan dan sebaiknya dicabut saja. 

Baca Juga: Seorang Kapten Kebanggaan yang Gugur Saat Bertugas

Tapi apa daya, tempat praktek dokter gigi masih tutup. Saya harus menunggu. Sehari setelah Idul Fitri ke-dua yaitu Jum'at (8/6/2019) saya pun mengajak Kakak Nani Pharmantara untuk pergi ke dokter Bambang yang beralamat di samping Apotik Gatsu, Jalan Gatot Soebroto, Ende. Usai pulang dari Pantai Aeba'i di hari ke-dua Idul Fitri gigi saya memang kurang nyut-nyutan karena dikasih ramuan kumur tradisional oleh Ka'e Dul, suaminya Kakak Nani. Tapi penyakit jangan disimpan kan ya. Maka saya memutuskan harus pergi ke dokter!

Untungnya Thika Pharmantara sudah mendaftarkan nama saya pagi harinya, sehingga sore hari saya tinggal mendaftar ulang. Untung benar, karena hari itu dokter hanya bisa menangani lima pasien saja karena ada keperluan begitu, menurut petugas jaganya. Alhamdulillah.

Dokter:
Ini giginya masih bagus. Ditambal saja ya? Daripada dicabut.

Saya dan Kakak Nani (kompak):
JANGAN, DOK! DICABUT SAJA!

Dokter (meringis):
Ya sudah. Saya kasih obat. Senin sore datang buat dicabut ya. Dia sudah ada pembengkakan ini, nanah mulai berkumpul, jadi Senin nanti masih bengkak atau tidak tetap saya cabut, asal obatnya diminum teratur.

Siap! Obat yang saya minum itu terdiri dari antibiotik, obat pereda bengkak, dan pereda nyeri. Kata dokter, saya boleh melanjutkan Mefinal yang selama ini ada di dompet obat. Tidak perlu membeli lagi Katflam serbuk begitu. Oke, dok. Terima kasih. Lumayan berhemat karena Kataflam serbuk itu mahalnya juga bikin ngeri hahaha. Oh iya, untuk pemeriksaan dan resep dokter saya dicas 150K.

Senin (10/6/2019) hari pertama masuk sekolah kantor, sore harinya saya dan Kakak Nani kembali pergi ke tempat praktek dokter Bambang. Tentu, sebelumnya sudah didaftarkan dulu salam Thika. Tiba di sana, sudah ramai saja itu antrian pasien. Maklum, tempat praktek ini bukan cuma dokter Bambang seorang, tetapi ada dokter lainnya yaitu dokter anak yang saya lupa namanya. Hahaha. Ingat sih, tapi takut salah. Pokoknya lapor ulang nama saya yang sudah didaftarkan Thika, dan menunggu nama dipanggil.

Ada perasaan deg-degan ini. Terutama ketika nama saya dipanggil dan duduk di kursi dokter gigi hidrolik itu. Terus saya diukur tekanan darahnya dulu donk. Alhamdulillah masih tetap 120/90. Dokter Bambang lantas mulai menyuntik obat bius lokal sekitar gusi. Dua kali suntik, dites begitu, masih terasa sakit. Dokter menambahkan obatnya.

Dokter:
Saya gemas sama gigi ini.

Saya:
(Pengen ketawa cuma hwkhwk saja).

Dokter:
Yuk kumur dulu beberapa kali. Airnya itu.

Saya:
(Kumur, melihat darah).
Sudah dicabut, dok?

Dokter:
(Tidak menjawab).

Singkat kata, singkat cerita, terhitung hanya sekitar 7 menitan saja saya berada di ruang dokter gigi! Lantas asistennya menyerahkan gigi saya yang sudah dimasukin plastik klip. What? Are you kidding me? Kok cepat? Ini pengalaman cabut gigi tercepat yang saya alami dan tanpa sakit! Sungguh, Kakak Nani saja sampai tidak percaya kalau gigi saya sudah tercerabut dari gusi. Uh wow sekali kan dokternya. Kirain mau dipakai linggis sama hamar dulu begitu hahaha. Untuk cabut gigi dan obat-obatan saya dicas 450K. 

Dokter:
Ingat ya. Sepulang ini, kapasnya dilepas. Terus langsung makan dan minum obatnya supaya tidak sakit meskipun efek biusnya sudah hilang. Ini saya kasih yang bagus obatnya supaya tidak perlu sakit-sakit lagi. Setelah minum obatnya, ini saya kasih satu kapas lagi, ditempel di gusinya. Satu jam saja, langsung dilepas lagi. Sudah begitu saja. Yang penting obatnya harus dihabiskan. Tapi kalau sudah tidak sakit, obat anti nyeri tidak perlu diteruskan, cukup antibiotik saja.

Yay! Terima kasih, dokter!

Dan sejak sore itu sampai sekarang saya bisa ngakak sepuasnya.

Sekarang ... siapa bilang lebih baik sakit hati daripada sakit gigi? Sini saya bantu tusuk giginya pakai jarum panas *sadis* ahahaha. Soalnya saya sudah berkali-kali merasakannya, kawan. Beberapa gigi saya memang sudah dicabut pun. Dan lebih baik sakit hati ketimbang sakit gigi. Sakit gigi itu, apa-apa serba salah. Orang ngomong, salah. Orang ngakak, salah. Kita mau makan, salah. Dan seterusnya! Dududud.

Baca Juga: Konsisten Nge-blog Setahun

Semoga kalian tidak mengalami seperti apa yang saya alami, ya. Serius ini.



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak