Mudahnya Memasang Indihome



Selama ini saya sudah merasa sangat nyaman berinternet menggunakan paket data dari Telkomsel. Awalnya, tahun 2000, saya memakai Kartu Simpati Nusantara yang waktu itu dijual dengan sangat eksklusif alias masih menggunakan kotak hitam sama persis seperti gambar di bawah ini:

Sumber gambar: Bukalapak.


Adalah Kakak Toto Pharmantara (alm.) yang membelikannya untuk saya dan untuk dirinya (dua nomor terakhir kami pun kakak-adik). Harganya? Rp 250K! Mahalnya bikin ngeri hehe. Betapa bodohnya saya, karena ketika Kartu As diluncurkan ke pasaran, saya kemudian membeli Kartu As serharga Rp 25K. Kan bodoh! Kartu sebelas digit diganti dengan kartu duabelas digit. Zaman sekarang pakai kartu sebelas digit kan asyik *ditusuk batako*.

Saya juga pernah pakai Kartu Halo dan berakhir dengan kenyataan pahit kantong terkuras karena tidak mampu mengontrol pemakaian.

Baca Juga: Komentar Disqus

Semakin ke sini, saya semakin merugi, karena Kartu As lama itu sama sekali jauh dari jangkauan bonus-bonus yang ditawarkan oleh Telkomsel. Saya kemudian memutuskan untuk membeli Kartu Simpati baru untuk mengakomodir kebutuhan berinternet. Kartu As lama itu sudah saya daftarkan ke WA dan sekarang kartu itu entah ada di mana, tapi saya ingin tetap mempertahankannya, maka untuk urusan WA tetap nomor dari Kartu As itu sedangkan urusan telepon dan SMS menggunakan nomor baru.

Kayaknya sudah cukup curhatnya. Si dinosaurus sudah mengantuk parah.

Hari Kamis, 13 Desember 2018, si Thika Pharmantara mulai melancarkan jurus rayuan maut agar kami memasang Indihome di rumah.

Thika:
Encim, kita pasang Indihome kah.

Saya:
Untuk?

Thika:
Internet toh, Encim. Lagi pula TV Encim ini kan sudah lama tidak nyala. TV-nya Oma juga. Kalau pasang Indihome, Oma bisa nonton TV.

Saya:
Sudah bagus tidak nonton TV. Banyak manfaatnya!

Thika:
Saya kan bisa nonton Upin Ipin sepuas-puasnya, Ncim. Pasang ya ya ya.

Setelah berembug cukup lama, memperhitungkan untung-rugi, ditambah rayuan pulau kelapa si Thika, akhirnya saya setuju memasang Indihome di rumah. Baru dua detik saya setuju, Thika langsung menelepon kakaknya, Indra Pharmantara, untuk meminta dipasangkan Indihome di rumah. Secara Indra bekerja di bidang itu. Wajah Thika langsung manyun setelah menelepon Indra.

Saya:
Kenapa?

Thika:
Mas Indra tuuuh Encim. Suruh saya daftar sendiri di Ibu Purnama di Telkom.

Saya:
Daftar to. Memangnya daftar juga kau tidak bisa? Pakai KTP kau.

Thika:
OKE!

Heeeeee? Anak ini ck ck ck.

Baca Juga: Blog List dan Blogwalking

Sabtu, para petugas yang adalah teman-temannya Indra sudah menarik kabel. Dan Minggu, Indihome sudah bisa kami nikmati di rumah. Pemasangannya gratis. Kami memilih paket 20 Mbps yang bayaran setiap bulannya Rp 450K. Cukup murah karena Indihome dapat dipakai bersamaan oleh kami bertiga. Lagi pula pemakaian internet kami hanya seputar video Upin Ipin, game si Indra, dan saya sendiri buat nge-blog atau nonton video tutorial. Dan Ocha pun sebal karena saat dia hendak pulang ke Kota Maumere setelah mengambil ijasah S1-nya, baru kami memasang Indihome. Hahaha. 

Dengan adanya Indihome di rumah bukan berarti saya berhenti membeli paket data. Karena untuk kebutuhan internet di luar rumah saya masih harus mengandalkan paket data tersebut. Kalau di rumah ... bebas *muka sombong, terus ditoyor*.

Mungkin karena para petugas juga mengejar banyak pemasangan baru Indihome, sebelum Hari Raya Natal, maka begitu mudah kami memasang Indihome di rumah. Entahlah. Yang jelas, kami mengalami betapa mudahnya memasang Indihome dan betapa senangnya Thika bisa menonton Upin Ipin sepuas hati.

Bagaimana dengan kalian? Pakai Indihome juga? Bagi tahu donk di papan komentar.



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak