Proyektor Ini Tidak Butuh Layar atau Dinding



Hampir setiap hari kita berurusan sama yang namanya proyektor. Meeting, seminar & workshop, penyusunan rencana kerja dan RAB, menonton filem, main game (oh saya pernah melakukannya sampai proyektor berasap :p), dan lain sebagainya. Di Universitas Flores, selain ruang kelas yang nyaman dan selalu bersih, dapat dipastikan setiap ruang kelasnya juga difasilitasi komputer dan proyektor untuk memperlancar proses belajar-mengajar. Apabila ada kerusakan, teknisi langsung menjalankan tugas mereka memperbaiki. Jadi kangen kaaaan sama papan hitam dan kapur tulis? Hihihi.

Baca Juga:
Mesin Cuci Portabel Ini Keren Banget
Foto Kreatif Untuk Pos Blog
Dine Tools That Can Be Folded



Semakin ke sini, semakin canggihnya teknologi, proyektornya tidak saja yang ukuran standar tetapi mulai nongol si mini seksi proyektor berukuran mungil menggemaskan. Ada yang seukuran kardus smartphone, ada yang seukuran telapak tangan, ada juga yang tipis banget sampai-sampai mirip talenan. 


Asyik kan kalau diundang mengisi materi, salah satunya materi Mendokumentasikan Perjalanan pada para anggota baru Flopala (Mapala-nya Uniflor), misalnya, mereka tidak perlu repot menyiapkan proyektor karena pasti saya membawanya. Enteng! Apalagi kalau kegiatannya diselenggarakan di luar ruangan.

Eh ...

Tunggu dulu ...

Itu saya menghayal. Menghayal punya proyektor mini yang bisa dibawa ke mana-mana tanpa menghabiskan banyak space di ransel. Ha ha ha. Kalau sudah tidak membedakan antara kenyataan dan hayalan, ke dokter, Teh!

Seperti apapun bentuknya, mini sekalipun, tipis sekalipun, proyektor-proyektor itu punya ciri khas yang sama yaitu masih membutuhkan layar dan/atau dinding sebagai media proyeksi. Tanpa layar dan/atau dinding, bahan/materi entah bakal dipantulkan di mana. Wajah saya juga boleh, wajah saya cukup lebar kok dijadikan media proyeksi. Hihihi. Jadi, kalau workshop-nya di alam bebas, pasti sulit untuk menyampaikan materi yang sudah disusun di Power Point, misalnya, tanpa layar dan/atau dinding.

Tapi, sekarang sudah ada proyektor yang tidak butuh layar atau dinding.

Serius?

Serius. Sudah lama pula benda ini dibikin prototype-nya. 

Perkenalkan: RAY.




Ray, disebut unrestricted projector, dibikin oleh Taekwon Yeon. Masih saudaranya taekwon do. Dari situsnya, informasi tentang Ray memang tidak diulas selengkap-lengkapnya. Namun, dari informasi yang ada di situs itu, kita sudah pasti paham konsep Ray.

Ray merupakan proyektor yang bakal memenuhi harapan kalian untuk bikin workshop di alam bebas, menonton filem di luar ruangan, atau memberi kejutan pada kekasih (oh, mau!). Karena apa? Karena Ray tidak membutuhkan media seperti layar atau dinding karena Ray adalah proyektor ultra-pendek yang menampilkan layar-sendiri yang dihasilkan oleh cahaya. Menggunakan Ray menciptakan tontonan/tampilan futuristik dan sureal yang terlihat seperti di filem-filem fiksi ilmiah itu loh.

Kelebihan Ray yang lain selain tidak membutuhkan layar atau dinding adalah terintegrasinya speaker sehingga kalian tidak perlu meneteng speaker lain atau mempertajam kuping karena suara yang dikeluarkan oleh laptop tidak seberapa kencang. Awesome!

Panitia: Maaf, Kak, nobar Linimassa 3 besok, kami masih cari pinjaman proyektor.

Saya: *wajah sombong* Oh, saya ada Ray, kok!

Panitia: Baik, Kak. Kami tinggal mencari speaker-nya saja.

Saya: *wajah sombong+* Oh, tidak perlu. Ray punya speaker kok!

Hayalan yang bikin kalian emosi. Haha. Tapi mungkin kalian juga berhayal memiliki si Ray ini. Praktis sekali. Apalagi jika macam abang di bawah ini, yang nonton filem pakai Ray:


Nah, kawan, kalian ingin memilikinya juga? Atauuuu jangan-jangan kalian sudah memilikinya? Oooh ingin kumilikiiiii. Bagi tahu donk pengalaman kalian dengan proyektor di komentar di bawah *tunjuk-tunjuk*

Semoga bermanfaat!


Cheers.

20 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Keren sekali, kok jadi pengen yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar-benar keren. Saya juga pengen hahahah :D

      Hapus
  2. Aduh liht itu proyektor warna kuning kok jd trauma ya.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gara-gara yang Puspar punya tu kah? Hahahahaha ... kabel HDMI manaaaa HDMI :p

      Hapus
  3. Benar-benar teknologi tanpa batas ya RAY ini, baru kali ini denger sih proyektor tanpa layar ataupun dinding, padahal laptop saya sering di gunakan sebagai koneksi proyektor oleh anak saya yang SMA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Handycam Sony saya juga sering dipakai jadi proyektor hehehe tapi tetap pakai dinding/layar. Soal harga belum tertera di situsnya hehehehe.

      Hapus
  4. Kira-kira proyektor jenis ini harganya nyampe berapa Min?

    BalasHapus
  5. Waaoooo... keren bgt ya proyektornya kecil mungil, gampang dibawa ke mana2. praktis. Kecanggilan teknologi jaman sekarang ya Allah keren pisan euy.. Beruntunglah aku dilahirkan di jaman yg teknologinya serba canggih. Keren gila sumpah demi apapun..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hwakakakak saya ngakak di kalimat terakhir: keren gila sumpah demi apapun :p Ya Alhamdulillah masih bisa menikmati kemajuan teknologi di zaman sekarang ini ya :D

      Hapus
  6. Cocok buat di kamar, serasa nonton layar lebar sendirian ahhahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama *toss* itu dia bikin mupeng kan benda yang satu ini? :D

      Hapus
  7. Asyk bangat dah, keren bangat ini mah. Pengen satu jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibeli dibeliiii ayoooo dibeliiii :D qiqiqiqi.

      Hapus
  8. Wah ine sunggu terlalu, PHP euu, jujur saya serius baca dari paragraf satu sampai tiga. sampai diakhir paragraf ketiga saya sudah sangat tertarik membacanya lebih lanjut karena saya pun ingin memiliki benda itu untuk LDK kadang di alam terbuka..

    pasalnya kalimat ini..

    misalnya, mereka tidak perlu repot menyiapkan proyektor karena pasti saya membawanya. Enteng! Apalagi kalau kegiatannya diselenggarakan di luar ruangan.

    TAWARAN yang Menarik kan kalimat di atas, tetapi sampai di sini euu wasalam de..

    Tengok paragraf keempat kalimat pertama dan kedua, seperti ini...

    Eh ...

    Tunggu dulu ...

    Itu saya menghayal. Menghayal punya proyektor mini yang bisa dibawa ke mana-mana tanpa menghabiskan banyak space di ransel. Ha ha ha.

    mama yo lemas seluruh tubuhku kwkwk...Adu ine.. sunggu e kwkwk

    Terkait kapur tulis dan proyektor saya pernah punya pengalaman buruk. buruk bangat. Tahulah di Papua ngajarnya pakai papan tulis sa, kadang kapur tidak ada pakai dikte saja. sampai di Jakarta uuhh pakai barang ini segala... pusing tujuh keliling, bagaimana cara nyalainnya...

    tapi sok tahunya saya minta ampun kelas dewa, sampai proyektor sekolah rusak gara-gara saya uuhhpengalaman buruk. semoga postingan ini membuat saya tidak gaptek lagi di depan kelas kekwkwk.

    lain kali jangan buat orang lemas ee kwkwk #canda ini, tetap semangat ya.. sukses selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah memang sengaja, Pak Guru, supaya jangan terlalu serius. Menghayal itu yang bikin emosi ... memang ... kadang-kadang. Hehehe. Mari tertawa bersama, menertawai hayalan :D Btw apa pengalaman buruknya? Cerita donk hehe.

      Hapus
    2. Ado jangan ee malu maluiin diri saja kwkwk
      baiklah jika demikian tapi jujur tadi saya seserus seriusnya baca kwkwk

      boleh lah jadi sekarang saya tahu gayanya Ine tuteh dalam menulis kwkwk,, sip, semangat selalu

      Hapus
  9. Kalaupun beneran ada belum tentu kebeli beb.. fungsinya juga buat apaan.. kayaknya masih ke sekunder deh.. apalagi yang paling bikin nyesek.. gak ada yang diajak nonton di bawah milkyway kayak di foto kikiki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhahahaha ... nyesek ituuuu beb! Nyeseeeekkkkkk nggak ada yang temaniiii *ngakak* :D

      Hapus
    2. kikiki itulah.. makanya belum niat beli :p

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak