#PDL Snorkeling di Perairan Pulau Tiga




#PDL adalah Pernah Dilakukan. Tulisan ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini; tentang perjalanan ke tempat-tempat di luar Kota Ende.

***
  

Saya tidak bisa berenang. It is funny! Indeed. Mengingat saya tinggal di Kota Ende yang dikelilingi laut (dan gunung). Bahkan jarak dari rumah saya ke Pantai Ende hanya membutuhkan waktu sepuluh menit berjalan kaki. Tapi saya tergila-gila sama laut. Untuk mengatasinya, setiap kali ke pantai/laut pasti membawa binen alias ban dalam mobil yang telah digelembungkan (dan/atau jerigen kosong). Lebih sering membawa binen karena satu binen bisa dipakai beberapa anak sekaligus. Hampir setiap rumah punya binen yang dikeluarkan setiap Hari Minggu saat anak-anak memutuskan untuk mandi laut ketimbang bermain masak-masakan atau main wayang.


Baca Juga:


Setelah besar (besar, bukan tua, hahaha), binen diganti lifejacket yang lebih sering kami sebut pelampung, itu pun milik Kakak Ilham Himawan, hahaha.

Bertentangan kan ya? Tergila-gila pada laut tetapi tidak bisa berenang. Padahal laut itu punya kadar garam yang bakal lebih memudahkan kita belajar berenang. Tapi, tetap saja sejak dulu sampai sekarang saya tidak sukses belajar berenang dengan mentor Pak Christian sekalipun di kolam renang Wailiti - Maumere. Yang ada, saya malah terpukau sama sesuatu berbentuk putih di dasar kolam, mencoba meraihnya, dan ternyata itu ... kaporit. Gua kira batu bertuah!

Mau ketawa ... ketawa saja ... :D

Tidak bisa berenang bukan aib, kawan. Tidak bisa berenang bukan obstacle yang meluruhkan semangat untuk cebar-cebur di laut. Kan ada pelampungnya Kak Ilham, hehe. 




Suatu kali kami, anak-anak Flobamora Community (Komunitas Blogger NTT) Chapte Ende, pergi ke Taman Laut 17 Pulau Riung atau biasa disebut Taman Laut Riung. Tujuannnya ada dua yaitu untuk bersenang-senang setelah dirundung aktivitas yang malang *halah* dan untuk menulis hasil perjalanan tersebut di blog sebagai salah satu cara mempromosikan wisata di NTT. Seperti biasa kami menginap di rumah Rustam, salah seorang sahabat masa SMA yang memiliki penginapan bernama Nirvana Bungalow. Setiap kali ke sana kami memang lebih sering tidur di rumah besar di bagian depan jejeran kamar-kamar bungalow. Sekalian berhemat. Sekalian bikin Rustam keki karena dapurnya otomatis dikuasai oleh kami. Haha.


Oskar, sahabat multi-talent!


Perahu motor sewaan yang membawa kami hari itu mengikuti rute umum yaitu dari Pelabuhan Riung ke Pulau Kelelawar terlebih dahulu ke arah Barat, baru kembali ke arah Timur melewati Pulau Rutong, Pulau Meja, daaaan sampailah ke Pulau Tiga. Rustam berkata bahwa jika ingin snorkeling, lakukan di perairan Pulau Tiga saja. Selain terumbu karangnya memukau, arusnya juga ramah jantung. Dan kami memang selalu ngetem di Pulau Tiga.


Ini namanya Pulau Kelelawar atau Pulau Ontoloe.


Sontak pelampung Kak Ilham menjadi primadona dan rebutan. Masalahnya, saat itu di Dermaga Riung belum ada tempat penyewaan pelampung. Walhasil, dengan sedikit lirikan Ibu Suri saya pun memperoleh kesempatan pertama *menulis ini rasanya lucu sekali*. Setelah pelampung dipakai, masker snorkel juga dipakai, meloncatlah saya ke laut menyusul si Rustam. Aksi meloncat ini meninggalkan perahu yang oleng di belakang akibat bobot saya memang tidak sedikit.

Kalian tahu ... batas antara dunia atas dan dunia bawah itu hanya gerakan mengangkat dan menenggelamkan kepala. Apa? Kalian sudah tahu? :p

Rustam memandu saya snorkeling selama kurang lebih tigapuluh menit. Bagi saya tidak ada satu pun yang dapat mengurangi kebahagiaan bisa menyaksikan pemandangan bawah laut yang memukau. Ikan-ikan hias aneka jenis dan bentuk berenang bebas, terumbu karang aneka bentuk dan warna yang cantik, mawar laut, bintang laut, semuanya ada. Andaikan di rumah saya ada kolam air laut yang luaaaas, saya bakal menjadikannya seperti taman laut di Riung ini. Tigapuluh menit, kayak lagunya Zamrud, sangat kurang. Saya masih mau terus skin dive. Tapi ... yang lain juga pengen snorkeling dan sama-sama tidak bisa berenang *ngakak tiarap*.


Dokter Said, sahabat sejak masa SMA sampai sekarang.


Saya sampai bilang: pengen ke Riung lagi tapi hanya untuk snorkeling. Tidak melakukan aktivitas lainnya! Dan benar. Pada kesempatan berikut-berikutnya setiap kali ke Riung yang paling pertama saya lakukan adalah snorkeling selama mungkin dan sepuas-puasnya, baru lah menikmati ikan dan cumi bakar di pantai Pulau Tiga. Snorkeling itu ibarat obat kehidupan saya *halah*. Hehe.

Pernah, saya pernah begitu :)

Bagaimana dengan kalian?


Cheers.

16 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Ada cerita sangat unik di post ini ...😉
    Itu gimana cerita masa kecilnya sampai sekarang ini kak Tuteh ngga bisa berenang padahal rumah cuma 10 menitan dari rumah 😁 ?
    Hehehe ...

    Lihat foto posenya mas Oskar ..., wuiiih ..., aku terpesona ...,gokil seruuu banget gayanya 😅
    Siapa tuh yang ngajarin pose andalan kayak gitu ?.
    Salam kenal buat mas Oskar, ya ..., bilangin kalo Himawan minta diajarin gaya kayak gitu ..., xixixi 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahahaha.
      Yang pertama: saya takut air sebenarnya :p makanya jarang mandi (loh!?) haha. Begitulah, Himawan, entah mengapa ini harusnya kan jadi anak laut toooo?

      Oskar adalah seniman Ende, artis multitalent yang bisa apa saja dan sangat khas dengan rambut brekelenya hehehe. Sekarang dia menetap di Surabaya. Nanti kenalan deh sama dia hihihih. Kalau ketemu dia mah yang ada seruuuuu! Anaknya gokillll dan kreatif, juga sangat cerdas.

      Hapus
  2. Oh, hahahaha ..., mana mungkin siih kak Tuteh jarang mandi 🤣 ...
    Dari sini aja halaman blognya aja kecium semerbak wangi 😁.

    Kak, aku kadang bayangin gimana rasanya kesehariannya tinggal di dekat pantai seperti tempat tinggal kak Tuteh ini 🤔 ..., apakah angin malam terasa selalu besar di sekitar sana ?.
    Apakah kesehariannya tiap malam pantai juga jadi tempat hang-out warga ?.
    Jujur aku penasaran dengan cerita2 itu, maklum rumahku jauh dari pantai 😁

    Oskar itu juga penulis blog kah, kak ?.
    Ketauan seru aslinya ..., lihat aja pose fotonya yang berani tampil beda maksimal ... hahhaha 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haahhaha. Jarang mandi karena PAM jarang ngalir hahaha sumber air agak jauh :P enggakkkk becandaaaa.

      Oke boleh cerita? Nanti saya tulis khusus untuk Himawan deh. Kan kotanya kecil tuh, ke laut deket, ke gunung deket. Kalau malam pas laut lagi high, ya terdengar deburan ombak sampai ke rumah, suara stom kapal-kapal, dll. Kalau siang tidak seberapa kedengaran. Di Pantai Ende ada bertebaran beach cafe dengan menu yang rata-rata sama dan ada pula menu tradisional. Banyak kok di FB foto saya nongkrong di kafe-kafe pinggir pantai, menikmati sunset, aduuuuhh Himawan nanti iriiii hahahha. Iklimnya rata-rata tidak terlalu panas seperti Maumere atau Kupang, tidak terlalu dingin seperti Bajawa atau Manggarai.

      Oskar dulu anggota Flobamora Community, punya blog juga, tapi entah sekarang hehe. Asli waktu dia pindah ke Surabaya, kita-kita pada tidak rela dan berusaha agar dia tetap di Ende :D

      Hapus
    2. Meski pengakuannya jarang mandi karena memang PAM jarang ngalir, warna kulit kak Tuteh tetap ngga luntur eksotisnya kok ☺.
      Cieeeh ..., dibilang gini ntar malah jangan jadi berharap PAM ngalir mati selamanya biar kulit tambah eksotis maksimal loh yaaa ... hahaha 😅

      Membaca cerita tentang keseharian rumah kak Tuteh yang berada di dekat pantai, walaah bikin ngiler rasanya pengin ngerasain satu bulan full.

      Lah, jadi sekarang lost komunikasi dengan si Oskar, kak ?

      Hapus
    3. Masih terus berkomunikasi. Tapi kan dia di Surabaya sekarang jadi kalau mau ngajak jalan juga gak bisa hehehe.

      Hapus
  3. Wah Flobamora Komuniti, Salam damai nong n nona.
    Terkait tidak bisa berenang, setuju itu bukan aib tetapi sesuatu yang harus diperjuangan kwkwk, maksud saya diperjuangkan karena ine tuteh katanya "pingin bangat supaya bisa berenang di pantai waiara kwkwk,...

    Adu ulasan ini buat baper euu..

    oh ya, sepertinya di Komunit Blogger Flobamora punya nama yang harum. Sabang hari saya berkunjung ke situ, Banyak kata "tuteh" yang disebutkan via kolom komentar walau sang pemilik nama itu beberapa komentar tidak sempat nimbrung. Kagum. Atas motivasi dan kontribusinya via blog untuk membangun literasi di NTT.(Pernyataan ini setelah sekilas saya lihat harumnya nama "tuteh" di Komunitas blogger Flobamora). #pekan sebelumnya saya pernah mengintip... heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheeh terima kasih Pak Martin yang baiiiikkkk *toss*. Kalau ke Waiara saya juga suka duduuuuk lama-lama di pinggir laut rendam badan karena kan dia landai jadi macam kolam renang manapula jernih sekali air lautnya hehehe.

      Flobamora Community itu menurut saya keren sekali, banyak sekali kegiatan-kegiatannya hehehe semoga ketua yang sekarang bakal bisa kembali melakukan kegiatan2 bermanfaat lainnya. Amin.

      Hapus
  4. paling sedih saat ada yang bikin artikel laut trus kasih fotonya.. dari kecil gak pernah bisa kemana-mana ortu paling rewel kalau keluar rumah. apalagi sampai ke laut. huffft. walhasil di rumah terus :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untunglah ada internet kan sis huehehe... bisa tahu pantai-pantai dan laut-laut yang ada di dunia ini. Suatu saat pasti ada masanya dirimu menikmati semua itu *hug*

      Hapus
    2. Tempel wallpaper di dinding gambar pemandangan laut saja, kak Rina.

      Hapus
    3. Sebagai motivasi ... mantap juga itu. Teman saya Flora Wodangange punya peta dunia di rumahnya. Negara dan kota yang sudah dikunjungi diberi tanda pakai pines warna-warni ... awesome. Yah enak dia sudah ke enam negara Eropa :D

      Hapus
  5. Dekat dengan laut tapi gak bisa berenang ya kak.. Mungkin kaka gak cocok kerja di air, hehehe...

    Untuk sekarang sudah banyak alat bantuan jika ingin berenang di laut. Mulai dari ban sampai dengan mencoba banan boat juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah menurut shio, menang tidak cocok kerja di air :D LOL!
      Betul, banyak alat bantu :p jadi mudah kalau pengin cebar-cebur di air hehehe.

      Hapus
  6. Toss dulu ayokk mbak Tuteh, sepakat deh kl nggak bisa renang itu bukan aib.. Ku cuma bisa berenang di kolam renang doang, dan itu pun nggak jago tp demen banget main di pantai.. Duh kapan ya bisa main sampai ende :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. *toss!* I am not alone wakakakaka. Masih mending bisa berenang di kolam renang, lha saya sama sekali nihil :D

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak