Anak Saya Kembar, Satunya Posisi Melintang

 


Sepagi tadi, saat skrol laman Facebook, saya menemukan satu status dari Arty. Dia adalah sahabat dari keponakan saya (Mbak In) yang saat ini telah menjadi Mama dari Nay dan Kay, dua bocah imut menggemaskan. Berteman dengan teman-teman dari keponakan saya adalah hal yang lumrah. Pernah loh, saat Hari Raya Natal, saya diajak Mbak In bertamu ke rumah Arty, pasang wajah imut memuji kue-kue yang disajikan, lantas merampok kue dari stoples 😂 Untung Mamanya Arty itu gaul dan baik hati. Asli ini bukan jo'dho (kata Orang Ende). Kenyataannya demikian.

Halo, ayo dibaca Buku Saku Orangtua; Anak Bukan Kertas Kosong.

Status Arty itu begitu bagus dan membikin saya tertawa. Mari kita simak. Ini asli ya kopas dari Facebook tanpa saya sunting.

Cerita kelahiran NayKay adalah sesuatu yang luar biasa.
Perasaan campur aduk terbaring dimeja operasi utk ketiga kalinya,tidak pernah terasa sama seperti 2kali sebelumnya.
Suara tangisan pertama dari keduanya adalah jawaban utk semua kekhawatiran yg saya rasa selama hampir 9 bulan.
Hibgga akhirnya terucap "Terima kasih Tuhan sudah jaga kami bertiga hingga akhir."
Seumur hidup saya, ketakutan terbesar adalah saat melahirkan mereka berdua.
Dua nyawa yg dipercayakan Tuhan utk saya rawat dan jaga.
Dua nyawa yg saya jaga dengan ekstra sejak hari pertama saya tahu mereka ada dalam rahim saya.
Terdengar klise. Tapi, menjalani kehamilan anak kembar dengan begitu banyak resiko sungguh penuh perjuangan.
Ada makan yg harus dijaga. Ada kebiasaan buruk yg harus dihilangkan. Ada perawatan wajah dan tubuh yg harus dihentikan. Semuanya penuh perjuangan. Karena ada dua nyawa yang harus dijaga dgn baik.
Dan puji Tuhan.
Untuk kehamilan anak kembar ini berjalan dgn baik.
Tidak ada tensi yang tinggi. Tidak ada drama anemia atau alergi yg tidak jelas.
Drama mual muntah pun hanya diawal saja.
Hanya drama sesak nafas karena posisi salah satu yg melintang yg bikin cerita kehamilan ini semakin seru.
37 minggu 2 hari.
Belum ada tanda kontraksi palsu ataupun ketuban yg merembes.
Tidak ada rasa nyeri atau apapun yg menandakan mereka akan segera lahir.
Yg ada hanyalah rasa sesak karena ruang gerak mereka berdua yg semakin sempit.
Masih ingat sekali 2 hari sebelum lahiran datang ke dokter sambil bilang "dok, saya minggu kedua Juni sudah harus latsar. Apakah saya sudah bisa dioperasi? Ini juga rasanya sudah sesak sekali 😂😂".
Maka jadilah pilih tanggal segera 🤭.
Waktu dtg ke UGD pun, dokter jaganya bingung karena saya datang dengan keadaan baik2 saja. Jalan lenggang tanpa beban.
"Ibu kenapa? Ada keluhan apa?"
"Oh, saya mau lahiran dok. Mau SC."
'Alasan mau SC kenapa bu?"
'Anak saya kembar dok. Satunya posisi melintang 😂"
Hayy Naylla dan Kayllaa..
Kalau nanti saat besar kalian baca tulisan ini, ketahuilah menjadi seorang ibu bukanlah perkara mudah.
Mama tidak akan menuntut kalian utk membalas apa yg sudah mama lakukan utk kalian.
Yang mama mau, ketika nanti kalian memutuskan utk menjadi seorang ibu, jadilah ibu yg bertanggung jawab sepenuhnya. Jangan setengah². Jangan utamakan ego dan kepentinganmu.
Prioritasmu adalah anakmu. Tanggung jawabmu seumur hidup.

Anak saya kembar, Dok. Satunya posisi melintang. Sumpah, kalimat ini yang membikin saya tertawa geli. Maksud Arty mungkin memang bukan untuk melucu. Tapi kalimat itu dan ekspresi dokternya terbayang di benak saya. Kayak scene di film komedi begitu.

Saya memang belum menjadi seorang Ibu seutuhnya. Indra dan Thika adalah anak Kakak (alm.) Toto Pharmantara dan isterinya (almh.) Mbak Ati. Al adalah anak sambung dari pernikahan saya dengan Buya. Tapi ibarat batu alam, saya sudah tertempa sedemikian keras untuk mampu menjadi Ibu, sahabat, bahkan katrol kehidupan mereka, terutama Indra dan Thika yang mana sudah sekian lama kami menetap serumah. Saat menulis kalimat 👈 terngiang lagu dangdut sepuluh tahun sudah kita berumah tangga 🎤

Yang masih kurang hanyalah melahirkan anak dari rahim sendiri 😄 Insya Allah. Jika Allah SWT mengizinkan.

Jadilah ibu yang bertanggungjawab sepenuhnya. Itulah yang saya inginkan, kelak (masih mimpi nih ceritanya) 😅 Kalimat itu bukan untuk segelintir orang saja melainkan untuk semua Ibu di muka bumi. Bertanggungjawab sepenuhnya adalah sesuatu yang menurut saya pribadi masih sangat berat dipikirkan, tapi mungkin kalau dilakoni bisa juga dengan sendirinya. Iya, karena biasanya over thinking bisa merunyamkan banyak hal. Contohnya, dulu sebelum menikah saya berpikir jadi isteri itu beratnya bukan main. Setelah dilakoni, memang berat, tapi bisa kok ternyata ... atas bantuan Mama Sia dan Mama Len juga sih sebagian xixixixi 😛

Jadi ... apa poin pentingnya?

Orangtua wajib baca Bakat Bukan Takdir.

Jalani hidup dengan riang gembira karena bahagia itu datang dari pikiran dan perasaan. Kita yang ciptakan kah bahagia itu? Iya. Jika semuanya dijalani dengan riang gembira, Insya Allah ada pula terselip keikhlasan di situ. Seperti Arty, yang mengandung anak kembar yang penuh resiko, tapi menjalaninya dengan riang gembira. 

Menjadi Ibu masih menjadi mimpi banyak perempuan, termasuk saya. Dan menjadi Ibu adalah tugas paling mulia, apa lagi Ibu-Ibu yang juga bekerja di luar rumah, salut maksimal. Jika Allah SWT memang belum berkenan menitipkan janin dalam rahim seorang perempuan, bersabarlah, karena rencanaNya selalu yang paling baik. 

Dengan kekuatan bulan, dari puncak tertinggi mimpi-mimpi, saya berteriak, "Mama Leeeennnn pisang goreng sepuluh ribuuuuuuuuuu!!!!!!" 😁

Selamat berakhir pekan!


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak