5 Patterns


Saya suka memotret, tapi saya bukan fotografer. Oleh karena itu saya sampai punya blog khusus foto yang sampai sekarang tidak lagi saya perbarui. Sangat sulit menerima kenyataan ketika ada yang datang ke rumah atau lewat SMS dan WA, meminta saya menjadi fotografer suatu acara. Perkawinan, misalnya. Dengan sangat ringan hati saya menolak, karena meskipun sering memegang kamera dan memotret, saya bukan fotografer profesional yang itu, yang dimaksudkan oleh orang-orang dengan fotografer (profesional). Saya kuatir momen penting perkawinan lolos, tidak terdokumentasikan. Bisa-bisa saya dicekik dinosaurus kalau sampai hal itu terjadi. 

Baca Juga: 5 Steps to Marriage

Saya suka memotret (pengulangan ini perlu), memotret apa saja, yang menurut saya harus dipotret. Jangan sampai terlewatkan! Waktu tahu soal Google Photos dan penyimpanan otomatis serta abadi itu, kegilaan memotret ini semakin menjadi, biarin ah, yang penting bisa disimpan di Google Photos. Saat saring-menyaring nanti kan bisa dihapus kalau dirasa foto tersebut tidak berfaedah *pasang muka polos tanpa dosa*. Selain kaki dan tangan sendiri, saya paling suka melihat pola-pola tertentu, yang disebut pattern. Pattern yang nampak mata ini bisa berdiri sendiri, bisa pula menjadi latar belakang dari suatu obyek misalnya kaki dan tangan saya. Haha. Teteup.

Pattern


Wikipedia mengatakan bahwa, pattern adalah pola desain atau pola rancangan (bahasa Inggris: design pattern). Ini adalah sebuah istilah di dalam rekayasa perangkat lunak yang mengacu pada solusi umum yang bisa dipergunakan kembali atau berulang-ulang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang umum terjadi dalam konteks tertentu atau khusus yang ditemui pada desain perangkat lunak. Sebuah pola desain yang sudah terbentuk bukan berarti desain tersebut dapat langsung digunakan untuk menulis program.

Itu kata Wikipedia.

Menurut pengertian dangkal saya, pattern adalah pola desain. Itu saja. Sesuatu pola desain yang menurut saya unik. 

Pattern dan Kaki


Dua hal yang sulit dipisahkan, terutama pattern yang bagus itu terletak di bawah, alias buat diinjak (lantai/tanah/bebatuan). Sejauh ini ada beberapa foto yang saya sukai, dan menjadi inspirasi. Siapa tahu kelak bakal bikin yang macam begitu juga.

1. Batu Kotak di Taman Panti Asuhan Ponpes Wali Sanga

Waktu itu tujuan ke Panti Asuhan Ponpes Wali Sanga adalah untuk mempromosikan Universitas Flores (Uniflor) pada murid-murid MAS yang ada di sana. Kalian bisa membaca pos lengkapnya di Ponpes Walisanga yang Penuh Warna.


Ini adalah pattern dari pecahan bebatuan (persegi) alias batu kotak yang dicat warna-warni. Melihat pemandangan ini, koleksi foto pattern dan kaki pun bertambah satu.

2. Lantai di Hotel Pepita Mbay

Tentang Hotel Pepita Mbay, kalian bisa membacanya di pos Spot Instagenic di Hotel Pepita Mbay. Iya, itu di blog travel yang sana.


Lantai ini bukan lantai keseluruhan hotel loh ya, melainkan hanya ada pada bagian yang tanpa atap saja, misalnya area outdoor yang berseberangan dengan ruang makan. Membikin lantai seperti ini tentu membutuhkan ketelatenan tingkat tinggi. Idenya cemerlang sekali ini.

3. Setapak Menuju Fakultas Bahasa dan Sastra

Di Universitas Flores, ada satu setapak yang saat saya melintasinya, langsung bikin langkah saya terhenti.


Ini semacam pola yang tanpa sengaja dibikin sama tukang bangunan kampus (iya, kampus punya tukang bangunan langganan loh). Setelah setapaknya dibikin, terus saat semen masih basah, ditarik zigzag menggunakan kuas begitu. Dari hasilnya, saya membayangkan proses pembuatannya. Mungkin para tukang bangunan itu tidak sengaja, tapi justru menghasilkan sesuatu yang unik untuk dipotret dengan obyek kaki saya ha ha ha.

Pattern Lainnya


Saya menjanjikan lima pattern kan ya. Nah, dua pattern tersisa ini sebenarnya pilihan dari begitu banyak pattern yang saya potret; makanan, dinding, lantai, dan lain sebagainya. Tapi karena quota sudah penuh *halah* jadi hanya dua yang terpilih.

4. Tenda Perkawinan (Terop)

Hari itu, masih pagi sekali, saya sudah berada di rumah Ibu Ayu Sulaeman untuk mendokumentasikan acara akad nikahnya bersama Pak Yayan. Luangnya waktu membikin mata saya mulai liar memerhatikan sekitar. Dan tradaaaa ...


Kain-kain yang dipakai untuk menjadi, semacam, plafon tenda perkawinan ini begitu unik. Pilihan warnanya juga cerdas. Tidak menunggu lama. Jegreg!

5. Tebing Menuju Nangapanda

Saya tidak tahu nama daerah ini, yang jelas tebing ini terletak di pinggir jalan Trans-Flores, dari Ende menuju Nangapanda (demikian pula sebaliknya).


Made by nature. Dulunya, pattern di tebing ini lebih kentara/nampak (bold) ketimbang sekarang. Untungnya saya masih sempat dipotret di tempat ini.


Pattern yang termuat di pos ini tentu dapat menjadi inspirasi kita bersama. Misalnya, rumah kalian mempunyai halaman depan yang luas. Selain bisa ditanami TOGA (Tanaman Obat Keluarga) atau pepohonan, bisa juga space kosongnya dibikin seperti taman Panti Asuhan Ponpes Wali Sanga di atas; batu kotak di-cat warna-warni, sebagai pengganti paving taman. Kalau saya sih lebih mudahnya: membeli batuan hijau di Pantai Penggajawa (berbagai ukuran) dan dituangkan saja di situ hahaha.

Baca Juga: 5 Komoditas TSF

Bagaimana dengan kalian? Terutama kalian yang tinggal di kota besar, tentu lebih sering menemukan pattern-pattern unik nan memikat kan? Bagi tahu yuuuuk :)



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak