Pulau Sumba

Kain tenunan Sumba hadiah dari Benny.

Malam ini cobain posting pakai Android Lenovo A6000, non-aplikasi, pakai browser. Hehehe. Soalnya pernah coba pakai aplikasi Blogger tapi gagal melulu.

Okeh!
Malam ini saya dikasih kain tenun khas Pulau Sumba sama Benny Reo, teman kuliah yang juga anggota Polres Ende. Calon istrinya Benny ini Orang Sumba dan rencana mereka bakal menikah bulan depan. Yang seru adalah cerita-cerita kami tentang Pulau Sumba. Karena pernah bertugas di Polres Waikabubak di Sumba Barat, maka banyak sekali ceritanya. Sesekali saya juga ikut bercerita soal kunjungan dinas ke pulau eksotik itu (Februari 2015).

Dari sekian banyak cerita, ada dua cerita yang paling saya sukai.

Yang pertama tentang kematian dan kubur batu. Kematian di Pulau Sumba itu unik. Semakin tinggi kasta yang meninggal maka semakin berderet pula hewan yang bakal disembelih. Menurut cerita Benny, hewan (bisa puluhan) yang disembelih itu di halaman rumah loh, dan darah hewan tidak boleh dibersihkan alias biarkan menghilang dengan sendirinya. Selain itu, ada pula mayat yang berminggu-minggu baru dikebumikan (dimasukkan ke kubur batu) sesuai dengan adat istiadat setempat. Menarik ... Sangat menarik, karena konon pada jaman dahulu batu bakal kubur (jika diambil dari daerah lain yang jauh dengan lokasi kubur) tidak boleh dimuat dengan kendaraan alias harus digiling atau diangkut oleh tenaga manusia.

Yang kedua tentang Podhu, yaitu semacam ritual mencari jodoh. Jadi para jombloers ini disiapkan tempat untuk mencari jodoh dimana mereka menari di lokasi tersebut sambil melirik bakal pasangannya ... Kalau cocok ya langsung dibawa ke rumah laki-laki (perempuannya yang dibawa, bukan lokasi cari jodohnya huehehehe). Ada beberapa hal dari cerita Benny yang tidak saya tulis di sini karena saya lupa :D Soalnya tadi kita cerita cerita seru.

Saya juga bercerita tentang perjalanan dinas mempromosikan Universitas Flores waktu itu. Dari mulai tiba di Sumba Barat Daya, ke Sumba Barat, ke Sumba Tengah, ke Sumba Timur, lantas kembali ke Ende dengan tragedi tiga teman ketinggalan kapal lautnya haha.

Sumba memang pulau yang keren nan eksotik. Adat istiadatnya sangat dijunjung tinggi. Bagaimana Benny cerita soal salah satu acara yang dihadirinya, itu waktu tamu datang bukan disuguhi kue melainkan sirih-pinang. Keren. Jaman sekarang berapa banyak anak muda yang bisa makan sirih? Saya saja tidak sanggup. Tapi di Sumba rata-rata anak muda hingga dewasa mengunyah sirih-pinang meskipun tidak semua.

Saya masih ingin pergi ke Pulau Sumba lagi. Menyaksikan Pasola ... Bukan hanya sekadar Pasola saja melainkan ritual sejak malam - subuh ketika para ibu memanggil nyale dengan suara tertentu sampai memakannya dan kemudian menyaksikan Pasola. Saya juga pengen menjelajahi desa-desa, dan mungkin beruntung bisa mengetahui tentang Merapu. Ya, semoga suatu saat nanti saya akan kembali ke Pulau Sumba yang keren itu.


Cheers!

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak