Cerita dari Kamp Pengungsi



Teman, postingan sebelumnya bercerita tentang Uniflor's Family Day. Bahwa dalam kegembiraan kami kemah di tepi Pantai Enabhara, Yapertif pun menggelontorkan dana Rp 20.000.000 untuk para pengungsi di tiga desa yaitu Desa Mausambi, Desa Jitabewa, dan Desa Niranusa. Saat saya pergi ke Desa Mausambi untuk konfirm ke Mama Muna (Koordinator Pengungsi), banyak cerita yang bergulir dalam obrolan kami.

Hari itu anak-anak pengungsi yang berasal dari Desa Lidi, Kecamatan Pulau Palu'e, memperoleh beasiswa dari PNPM. Mereka didata oleh Om Patris Raga (Koordinator Pengungsi Desa Aewora) untuk kemudian diberikan beasiswa. Wah menarik sekali ini. Saya pun masih bertahan untuk berbincang dengan Mama Muna.

"Kami jengkel dengan anak-anak pengungsi yang di Desa Jitabewa, masa mereka lempar motornya Guru dengan batu?" tutur Mama Muna.

Wah, saya hanya bisa menghela nafas panjang. Kondisi sekarang berada di kamp pengungsi dan membutuhkan banyak bantuan baik itu bantuan sembako, pemulihan trauma, sampai dengan pendidikan. Kenapa motor seorang Guru dilempari batu? Seharusnya bila tidak mau sekolah, jangan motor pendidik yang dijadikan korban. Bukan begitu? Maaf bila saya salah :D

Pendidikan masih menjadi isu terbesar negeri ini selain kemiskinan dan keterbelakangan. Seharusnya anak-anak diarahkan tentang pendidikan. Setidaknya mereka memperoleh pendidikan yang layak : SD, SMP, dan SMA. Dalam salah satu wawancara saya degan peserta KKN yang ditempatkan di Desa Mausambi, Rusmini (peserta KKN dan PPL terpadu) mengatakan bahwa kesulitan terbesar mereka saat berada di kelas adalah berhadapan dengan murid-murid dari Pulau Palu'e, "mereka tidak bisa berhasa Indonesia dengan baik, Kak."

Bahasa itu paling utama di dunia. Tanpa bahasa bagaimana kita mempelajari ilmu pengetahuan lainnya? 

Semoga cerita tentang anak-anak yang melempari motor Guru dengan batu tidak terjadi lagi. Ini hal yang paling prinsip buat saya : tidak merugikan orang lain (apalagi seorang Guru). Semoga ada banyak orang di luar sana yang menyadari tentang perkara ini.


Wassalam.

2 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Iya, cuma pendidikan yang bisa menguatkan bangsa ini *tsah* tapi selalu ada cara kok untuk mengajarkan tata krama bagi mereka yang belum pendapatkan pendidikan yang laik, yaitu dengan memberi contoh yang baik :)

    BalasHapus
  2. Sebetulnya, kalau pengusaha-pengusaha kaya berlomba-lomba membuat berbagai fasilitas untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Barat sampai ke Timur...merata, ketimbang berlomba membangun mall-mall berbagai bentuk... rasanya Indonesia akan amat sangat maju pendidikannya.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak