Pernahkah kalian berpikir, kenapa kita harus terus belajar Pancasila? Rasanya seperti pelajaran Sejarah yang terus diulang. Tapi jangan salah! Pancasila bukan sekadar teori di buku pelajaran, tapi punya kaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari, apalagi kalau dikaitkan dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal pada dasarnya adalah nilai-nilai, praktik, pengetahuan, dan keterampilan yang telah berkembang dan diwariskan secara turun-temurun oleh suatu komunitas di suatu wilayah tertentu. Ini bukan sekadar adat istiadat kuno, tapi sebuah sistem pengetahuan yang hidup dan terus beradaptasi, lahir dari interaksi panjang antara manusia dengan lingkungan serta pengalaman kolektif mereka.
Bayangkan saja, setiap daerah di Indonesia punya cara uniknya sendiri untuk bertahan hidup, mengelola alam, bersosialisasi, atau menyelesaikan masalah. Nah, itulah kearifan lokal.
Kemarin, tepatnya Senin, 2 Juni 2025, Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Flores selenggarakan seminar seru yang membahas tentang cara menanamkan nilai-nilai Pancasila ke generasi muda melalui aplikasi pembelajaran Kearifan Lokal dan Etnopedagogik. Terdengar ilmiah tapi intinya sederhana saja: belajar Pancasila itu paling asyik kalau dikaitkan sama budaya kita sendiri.
Kenapa Kearifan Lokal Penting buat Pancasila?
Pancasila itu dari kita, untuk kita di mana nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, musyawarah, toleransi, itu sebenarnya sudah ada dalam kearifan lokal kita. Contohnya, di banyak komunitas adat, semangat kebersamaan (gotong royong) itu sudah jadi bagian dari hidup. Kalau ada yang butuh bantuan, semua turun tangan. Sangat relevan dengan Sila Ketiga: Persatuan Indonesia, dan Sila Kelimat: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Ketika kita belajar Pancasila pakai contoh dari budaya sendiri, rasanya jadi lebih nyata dan bukan sekadar hafalan. Kita bisa lihat langsung aplikasinya dalam tarian, cerita rakyat, atau bahkan cara orang tua kita berinteraksi. Jadi, nilai-nilainya lebih gampang meresap ke hati dan pikiran.
Indonesia itu multikultural, seperti yang dibilang Pak Yosef Dentis, dosen pengampu mata kuliah Kearifan Lokal dan Etnopedagogik Uniflor. Nah, kearifan lokal ini jadi bukti nyata dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan memahami dan menghargai kearifan lokal dari berbagai daerah, kita jadi semakin paham pentingnya toleransi dan persatuan di tengah perbedaan, sesuai dengan sila pertama dan ketiga Pancasila.
Selain itu, ada juga istilah etnopedagogik. Ini adalah cara belajar atau mengajar yang didasarkan pada metode-metode tradisional atau kearifan lokal dalam mendidik. Nenek moyang kita dulu tidak punya sekolah modern, tapi mereka punya cara-cara sendiri mengajarkan anak cucunya tentang nilai-nilai kehidupan. Cara-cara inilah yang bisa kita adopsi.
Intinya, memahami kearifan lokal dan mengintegrasikannya dengan pembelajaran Pancasila itu penting untuk generasi muda. Ini bukan cuma soal menjaga budaya, tapi juga soal memperkuat identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Dengan begitu, kita bisa jadi generasi yang enggak cuma cerdas secara akademik, tapi juga punya karakter kuat, toleran, dan bangga akan warisan budaya sendiri.
Cheers.