Pembagian 100 Sampel Hand Sanitizer Sampai Social Distancing


Pembagian 100 Sampel Hand Sanitizer Sampai Social Distancing. Seperti yang sudah saya tulis pada pos berjudul Mengurai Makna Karantina Diri Sendiri dan Liburan, virus Corona telah menjadi kosakata baru masyarakat global. Virus yang oleh World Health Organization (WHO) dinamai Covid-19 telah menjadi pandemi. Artinya, virus Corona telah menjadi wabah global dan harus disikapi dengan serius, lekas, dan bijak. Di Indonesia telah diberlakukan lockdown pada sejumlah lokasi seperti kantor, kampus, dan daerah wisata. Tentu lockdown tidak akan berhasil jika masyarakat tidak melakukan social distancing. Di Kabupaten Ende, telah keluar Surat Edaran dari Bupati Ende agar sekolah-sekolah dan kampus di-lockdown. Selama empat belas hari terhitung sejak tanggal 23 Maret 2020 sampai 4 April 2020, kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan secara daring, atau para murid dan mahasiswa diberikan tugas-tugas.

Baca Juga: Merawat Budaya Bersama Uniflor Sebagai Mediator Budaya 

Betapa cepatnya penyebaran virus Corona, serta antisipasi yang harus dilakukan masyarakat, menyebabkan dua benda berikut kemudian menjadi langka. Yang pertama: masker. Yang ke-dua: hand sanitizer. Terakhir, saya sempat membeli hand sanitizer sebanyak dua botol besar pada agennya. Terima kasih, Nijho, telah mengantar hand sanitizer tersebut ke rumah. Setelah itu, hand sanitizer seperti ditelan bumi. Ludes. Menyikapi kelangkaan tersebut, Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisika Lingkungan Prodi Pendidikan Fisika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Flores (Uniflor) Bapak Yulius Dala Ngapa, S.Si., M.Si. berinisiatif melakukan penelitian bersama mahasiswa Semester 6 untuk membuat hand sanitizer dan disinfektan.

Seperti apa ceritanya?

Baca yuk ...

Sebuah Penelitian


Hari itu Rabu, 11 Maret 2020, saya hendak pulang ke rumah setelah sebelumnya batal meliput kegiatan kuliah tamu di Prodi Manajemen akibat pemateri tidak boleh datang ke Kota Ende akibat, secara gamblang, virus Corona. Melewati Kantor Kemahasiswaan, mata saya menumbuk stoples berisi kudapan kuping gajah. Ooooh, tidak mungkin kudapan itu saya lewatkan. Di situ ada Rossa, Pak Yulius, dan Oncu Emmi. Sesaat sebelum tangan saya masuk ke dalam stoples, Pak Yulius berkata: Kak, tangannya dibersihkan dulu dong pakai hand sanitizer. Saya membalas: oh ya, saya bawa kok hand sanitizer. Pak Yulius mengangkat botol kecil tanpa label dan bilang: ini hand sanitizer yang tadi dibuat sendiri sama mahasiswa. Saya syok. Mahasiswa Uniflor membikin hand sanitizer sendiri? Ah, yang benar!

Menyikapi kelangkaan hand sanitizer di pasaran, hari itu Pak Yulius mengajak mahasiswa yang diampunya dalam Mata Kuliah Fisika Lingkungan, untuk membikin sendiri hand sanitizer dan disinfektan. Bahan-bahan yang digunakan bisa ditemui di sekitar. Untuk hand sanitizer, bahan-bahan yang dibutuhkan adalah alkohol 95%, lidah buaya, dan essential oil. Untuk disinfektan, bahan-bahan yang dibutuhkan hanyalah air dan cairan pemutih. You name it; Byclean atau So Klin Pemutih. Menurut saya, hal seperti ini harus diinformasikan pada khayalak. Ibarat wartawan kelas kakap, menurut saya ini berita Straight sekaligus Hard. Kalau dalam dunia Stand Up Comedy, berita ini punya premis dan punchline yang 'mematikan'. Makanya, meskipun hari itu batal menulis berita kuliah tamu, saya memutuskan menulis berita tentang kegiatan Pak Yulius dan mahasiswanya.


Keesokan harinya pihak Yayasan Perguruan Tinggi Flores (Yapertif) memutuskan, Pak Yulius dan mahasiswanya membuat hand sanitizer dan disinfektan. Dalam hal ini, Prodi Pendidikan Fisika bekerjasama dengan Prodi Agroteknologi pada Fakultas Pertanian. Pembuatan hand sanitizer dan disinfektan dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian dan dimulai sejak siang hingga malam hari. Dari kegiatan itu diperoleh 100 botol sampel hand sanitizer dan cukup banyak disinfektan. Dan pada Jum'at, 20 Maret 2020, pukul 09.00 Wita, 100 sampel hand sanitizer itu kemudian dibagikan kepada masyarakat Kota Ende yang sedang mengurus berkas di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Ende. Masyarakat yang berada di kantor tersebut sangat antusias menerima botol-botol berisi hand sanitizer.



Setelah itu kegiatan dilanjutkan di lobby Gedung Rektorat yaitu penyerahan bantuan hand sanitizer dan disinfektan kepada Lurah dari Kelurahan Paupire tempat Uniflor bernaung, serta penyemprotan disinfektan di semua ruangan kantor pada tiga kampus Uniflor.


Ketua Yapertif Bapak Dr. Laurentius D. Gadi Djou, Akt. kepada wartawan yang meliput kegiatan tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud dari kepedulian Uniflor terhadap situasi genting yang terjadi saat ini. Selain itu kegiatan ini juga merupakan gerakan moral. Artinya, masyarakat harus tahu bahwa kita dapat membikin sendiri hand sanitizer dan disinfektan. Pengobatan merupakan tugas pemerintah, tetapi pencegahan dapat dilakukan oleh masyarakat. Ini merupakan langkah awal di mana pemerintah dari tingkat RW, RT, hingga kelurahan dan desa, dapat berembug dan secara bersama-sama membikinnya untuk kepentingan bersama. Tentu, Uniflor juga dapat membantu apabila dihubungi dan/atau dikoordinasikan. Menurut beliau, masyarakat jangan bersikap masa bodoh. Apapun himbauan dan keputusan oleh pemerintah, harus diikuti, termasuk social distancing.

Dirumahkan, Bukan Diliburkan


Akhirnya Uniflor pun di-lockdown. Tetapi memang sedikit sulit untuk me-lockdown lokasi pendidikan. Kebijakan yang dilakukan oleh pihak Rektorat Uniflor adalah dengan merumahkan mahasiswa di mana kegiatan belajar-mengajar dapat terus dilakukan melalui daring. Ada banyak aplikasi yang bisa mengakomodir kegiatan tersebut seperti Google Classroom dan Edmodo. Ada juga SPADA yang waktu itu dikeluarkan oleh Belmawa Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti). Saya tidak tahu apakah SPADA juga bisa digunakan untuk mengajar jarak jauh atau a la daring karena cakupan SPADA lebih luas dan sekarang Kemenristekdikti sudah menjadi Kemenristek saja. Kalau kalian tahu lebih dalam soal SPADA, komen di bawah. Hehe.

Bagi tenaga pendidik dan kependidikan alias dosen dan karyawan Uniflor diberlakukan social distancing. Kami tidak dirumahkan secara utuh selama empat belas hari terhitung sejak tanggal 23 Maret 2020 sampai 4 April 2020, melainkan diberikan jadwal piket. Misalnya saya sendiri mendapat jatah piket setiap Hari Senin dan Hari Kamis selama dua minggu ke depan, jadi hanya empat hari kerja saja. Tidak dirumahkan secara utuh karena, seperti yang saya tulis di atas, memang sedikit sulit untuk skala sebuah universitas. Karena, dosen juga harus mengurus berkas-berkas mereka terkait ini itu di kantor-kantor dan/atau dilayani oleh pegawai kan. Jadi, kalau dibilang Uniflor di-lockdown, memang di-lockdown penuh untuk mahasiswa, sedangkan dosen dan karyawan wajib melakukan social distancing melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan. 

Saya pikir kebijakan ini sangat baik sekali. Dengan aturan piket satu orang per ruangan setiap harinya jelas mendukung upaya social distancing tersebut. Meskipun tidak 100% tetapi kegiatan pelayanan masih bisa terlaksana.

UPDATE: 24 MARET 2020

Segenap dosen dan karyawan Uniflor melakukan work from home.

Mencuci Tangan


Pohon Tua, rumah saya, memang hanya dihuni oleh empat orang, tetapi selalu banyak orang di rumah. Selain Mamatua, saya, Indra, dan Thika, juga ada Mama Sia, Mama Len, Meli, dan Yoan. Yoan, si bocah SD itu yang paling sering kena sasaran kami semua hahaha. Karena, dia kan sering banget masuk keluar Pohon Tua. Setiap masuk rumah sebelum menyentuh apa-apa, dia wajib pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya dengan sabun. Sampai-sampai dia protes: apa eee, tiap kali datang saya harus pergi cuci tangan ni kah?

Dasar bocah. Haha. Tapi itu wajib dia lakukan. Meskipun mengomel ini itu, Yoan tetap pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan.

Bukannya paranoid, tetapi saya memang harus memberlakukan banyak hal terhadap para penghuni Pohon Tua. Thika dan Meli adalah dua penghuni yang paling sering keluar rumah karena tugas mereka memang berbelanja ini itu. Mereka sudah mempersiapkan masker, kaca mata, dan hand sanitizer setiap kali keluar rumah. Setiap kali pulang, tujuan mereka paling pertama adalah kamar mandi. Setelah itu barulah kami berinteraksi seperti biasa. Tetapi karena Pohon Tua ini besar, tanpa sengaja jarak kami selalu lebih dari satu meter. Kecuali, saat kami harus mengurus Mamatua. Hehe. Tapi kalau dipikir-pikir, asyik juga. Ada kebiasaan baru yang keren ... dan semoga kebiasaan baik ini terus kami lakukan: rajin mencuci tangan!

Baca Juga: Seni Lukis dan Seni Kata di Kedai Kampung Endeisme

Dalam agama Islam, kebiasaan membersihkan diri ini sebenarnya sudah dilakukan oleh umat Muslim. Shalat lima waktu sama dengan ber-wudu sebanyak lima kali. Wudu dilakukan dengan membersihkan bagian-bagian tertentu yang telah ditetapkan. Bagi teman-teman non-Muslim, mungkin kalian tidak tahu bahwa kegiatan wudu pertama kali adalah membasuh kedua tangan masing-masing tiga kali. Tentu bagi yang tayamum cerita beda karena tayamum tidak menggunakan air. Bukannya wudu itu tanpa sabun? Benar! Tanpa sabun! Hanya saja, banyak orang yang selalu mandi terlebih dahulu sebelum ber-wudu lalu melaksanakan shalat. Kalau mandi pasti pakai sabun kan? Hehe. Dulu saya selalu melihat kakak ipar saya, (almh.) Mbak Ati, selalu mandi terlebih dahulu sebelum ber-wudu dan shalat. Perlu kita coba. Setiap pulang ke rumah, mandi saja sekalian ketimbang mencuci tangan saja. Hehe.

Semoga pos ini bermanfaat bagi kalian semua. Mari, jaga diri kita. Mari, berusaha sambil berdo'a. Insha Allah selalu dilindungi oleh Tuhan. Semoga Tuhan menjaga niat, upaya, dan do'a kita untuk terhindar dari virus Corona.

#SeninCerita
#CeritaTuteh



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak