5 Keseruan Jadi Tukang Syuting



Sejak memperoleh ilmu tukang syuting dari Mas Dandhy Laksono dari WatchcDoc, saat menang menjadi salah seorang sutradara filem dokumenter Linimassa 3, saya terus berupaya mengasah kemampuan membikin video dalam tiga hal:

1. Proses syuting.
2. Proses sunting.
3. Suara (narasi, musik, dan natural sound).

Baca Juga: 5 Kegiatan Pertama di 2019

Ketiganya merupakan modal dasar sebuah video terutama video dokumenter. Modal tersiernya sih tergantung masing-masing tukang syuting. Meskipun teman-teman videografer lain di Ende sudah fasih memakai Adobe Premiere, saya masih betah memakai Sony Movie Studio Platino 12 (dan 13). Padahal saya pernah memakai Adobe Premiere dan merasakan keasyikannya terutama transisi yang kece-kece tapi satu dan lain hal membikin saya terpaksa meninggalkannya. Sebelumnya saya menggunakan perkakas sunting bernama Ulead dengan output video yang jatuh hingga titik nadir: jangankan 4K, HD saja tidak.

Baru-baru ini (saya tidak dapat menyebut harinya tapi yang jelas tidak lebih dari tiga hari, haha) saya menerima pekerjaan membikin video dokumenter tentang pengolahan keripik ubi dan pisang di Desa Mbomba, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende. Jarak dari Kota Ende ke Desa Mbomba sekitar delapan kilometer saja. Dari jalan utama Ende - Nuabosi belok masuk ke jalan rabat, kondisinya lumayan baik meskipun tanjakan dan turunannya cukup bikin Thika Pharmantara yang saya bonceng sesekali memekik kuatir. Iya, dia kuatir kami masuk berita di koran dengan judul berita: Tante dan Keponakan Terperosok di Kebun Warga Mbomba.

Terus foto selfie. Haha.


Seharusnya ini tugas Cahyadi sebagai tukang syuting andalan saya, tetapi karena dia sedang berada di Kota Maumere, saya terpaksa turun tangan. Akhir-akhir ini saya lebih sering duduk di depan laptop untuk menyunting saja. Terakhir saya turut turun ke lapangan untuk video dokumenter adalah proyek dari Kak John Ire dengan video bertajuk Desa Siaga, yang kemudian berubah menjadi Paroki Siaga.

Baiklah. Karena pengalaman ini masih segar dan hampir sama dengan pengalaman tempo dulu waktu masih aktif di lapangan, jadi tidak ada salahnya saya menulis tentang lima keseruan si tukang syuting. Mari kita cek:

1. Melempar Ide


Menjadi tukang syuting bukan berarti menerima bersih semua yang disiapkan oleh si pemberi job. Kalau hanya sekadar job mendokumentasikan pernikahan, khitanan, aqiqah, ulangtahun, dan sambut baru, misalnya, tinggal mengikuti draft yang sudah disiapkan oleh mereka saja. Membikin video dokumenter yang terencana memang butuh ide, usul, dan saran, dari semua pihak, baik si pemberi job maupun si tukang syuting. Saya pribadi merasa senang-senang saja turut melempar ide dalam diskusi sebelum syuting dimulai. Biasanya saya memberi contoh video dokumenter yang pernah saya bikin, sampai menawarkan shootlist. Di dalam shootlist sudah memuat waktu, time, scene, keterangan sound (natural, musik, atau narator), pakaian, dan lain sebagainya.

Kalau begitu video dokumenternya tidak asli? Asli donk. Shootlist dibikin berdasarkan apa yang mau ditampilkan (dirapikan) dan hanya menjadi panduan. Urusan percakapan, boleh bahasa sehari-hari atau bahasa daerah. Urusan narasumber pun silahkan menggunakan gaya bicaranya sendiri.

2. Perjalanan ke Desa-Desa


Kondisi alam dan jalanan Pulau Flores terutama ke desa dan dusun tidak semulus jalan trans Flores. Khusus perjalanan ke Desa Mbomba, kami harus melintasi daerah tambang batu yaitu Samba yang kondisi jalannya tidak mulus sama sekali. Kalau wajah, itu jerawatnya jerawat batu! Hehe. Termasuk juga akses jalan menuju desa yang memang jalan rabat tetapi tanjakan dan turunannya lumayan lah membikin Thika Pharmantara merinding qiqiqiq. 

Tapi, bagi saya, perjalanan ke desa itu ibarat piknik, jadi dijalani dengan senang hati. Pemandangannya bikin lupa kalau punya banyak tanggungan hidup. Tsaaah! Haha!

3. Mengarahkan Narasumber


Fotografer pasti sering menemukan model yang susah sekali diarahkan. Sama juga dengan videografer. Saya pernah membikin video klip untuk sebuah lagu berjudul Putera Puteri Matahari. Mengarahkan penyaninya dan/atau modelnya memang susah-susah gampang. Nah, narasumber pun demikian. Ada narasumber yang memang sejak dari lahir gaya bicaranya lugas. Ada narasumber yang harus diarahkan berkali-kali, bahkan proses syutingnya harus diulang terus-menerus untuk memperoleh hasil yang baik.

Baca Juga: 5 Blogger Kocak

4. Menjadi Model Contoh


Ini kaitannya sama nomor tiga di atas. Kalau aktor (cie) dan/atau narasumber belum maksimal, maka tukang syuting yang harus jadi model contoh seperti gambar berikut ini:


Apa yang saya inginkan, harus bisa saya contohkan. Atau seperti kemarin saat saya harus mencontohkan kalimat narasi untuk salah seorang narasumber (Ketua Kelompok Pengolahan Keripik Ubi dan Pisang) tanpa meninggalkan ciri khas seperti dialek.

5. Segelas Kopi Untuk Persaudaraan


Di mana pun saya bekerja sebagai tukang syuting; dalam kota maupun luar kota, segelas kopi merupakan ciri khas yang sulit dilepaskan. Angkat gelasmu, kawan, mari kita toss persaudaraan. Manapula kopinya adalah kopi olahan sendiri yang hmmmm.

Menjadi tukang syuting memang dikelilingi kisah seru, tapi pernah juga sedih karena dianggap remeh gara-gara kameranya berukuran kecil. Padahal harganya sama dengan yang berukuran besar itu. Huhuhu. Kualitas masih dilihat dari ukuran *ngikik*.

Saat ini Cahyadi sendiri masih menyelesaikan syuting di beberapa desa. Turunnya saya kemari ke Desa Mbomba pun hanya karena dia memang sedang tidak berada di tempat kan. Alhamdulillah dia sudah kembali ke Ende jadi saya bisa fokus pada sunting ini itu saja. Hasil syuting yang di Desa Mbomba pun sudah bisa dinikmati tetapi belum final. Pihak pemberi job harus menonton terlebih dahulu, meminta penyuntingan lagi, baru deh kelar. 

Baca Juga: 5 Workshop Blogging & Social Media

Dalam hati berdoa semoga mereka tidak meminta disunting lagi hahaha.



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak