Corn Island

Gambar diambil dari Wikipedia.


like to laugh. So much. Also, I like to make other people laugh. Often I laugh at myself. Come on, laughing at yourself is not a sin. It's a remedy! And for this laugh stuff (Oh, stuff!?) I have partners.

Baca Juga: Ngelawak Bersama Mamatua

Adalah Martozzo Hann, Kiki Albar, dan Kakak Pacar, yang menjadi teman saya terbahak-bahak. Kami sering menertawai suatu peristiwa lucu berulang-ulang, bahkan hal-hal yang menurut orang lain sepele atau tidak lucu kemudian menjadi sesuatu yang super lucu untuk kami tertawai bersama. Tapi bukan berarti kami menghina orang lain loh, tidak sama sekali, kami takut kena tulah. Dinosaurus saja takut kena tulah, tentu kami juga.

Suatu malam kami berkumpul di ruang tamu sambil mengobrol ngalor-ngidul. Kebanyakan sih topiknya tentang proyek tukang syuting. Iya, saya sering mengajak mereka bergabung, apalagi untuk proyek video yang membutuhkan banyak sudut pandang (wide, medium, close up, details, dan lain sebagainya). Biasanya untuk video dokumenter tertentu kami memakai lima sampai enam kamera dan empat tripod.

Malam itu kami menertawai sebuah filem berjudul Duyung Melayu. Sebuah filem fantasi asal Malaysia yang kocak parah. Kami mengingat adegan-adegan lucu antara Jimmy, Berug, dan tentu saja terus-terusan berkata: ASPALELA BINTI PAGEEEEEEK!

Hihi.

Lalu Martozzo bertanya, "Encim sudah nonton Corn Island? Ini filem paling baguuuus!" Sebenarnya saya sudah merasa ada yang aneh ketika mendadak roman wajah Kiki menjadi a-ha-korban-baru. Karena saya penasaran, "Mana? Kopi rooo!"

Singkatnya, malam itu juga setelah mereka pulang, saya menonton Corn Island. Amunisi semacam Chitato dan kopi susu sudah tersedia manis di samping laptop.

Mari nonton!

Sunyi.

Su-nyi.

Se-nyap.

Sejak awal sampai akhir SENYAP. Jadi, sebelum ada A Quiet Place, sudah duluan ada Corn Island. Martozzo dan Kiki mengirim pesan ha ha ha. Sialan, kena kerjain ini sayanya.

Tapi, sebenarnya Corn Island merupakan filem bermakna dalam. Buktinya filem yang dirilis di Festival Film Internasional Karlovy Vary ke-49 pada Juli 2014 ini memenangkan Crystal Globe serta the Award of Ecumenical Jury. Corn Island juga dipilih sebagai filem dari Georgia untuk dipertimbangkan sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Penghargaan Academy Awards ke-87.

Baca Juga: TIKIL, Kami Antar Kami Nyasar

Corn Island bermula dengan adegan seorang pria tua yang menemukan pulau kecil tak berpenghuni dan tak berempu. Pulau ini muncul di tengah danau setelah banjir. Pria tua yang diperankan oleh Ilyas Salman itu kemudian mulai menanami biji jagung di pulau tersebut. Setelah membangun gubuk kecil di tengah pulau yang mulai ditumbuhi jagung, pria tua itu mengajak cucunya untuk tinggal bersamanya. Untuk datang dan pergi mereka menggunakan sebuah sampan kecil. Mereka adalah etnis Abkhazia dan bertukar anggukan dengan melewati tentara Georgia.

Saat jagung-jagung mulai dewasa (uhuy) datang seorang prajurit yang terluka. Si pria tua menyelamatkan dan melindungi si prajurit dari kejaran prajurit lain. Sampai kemudian si prajurit sembuh dan meninggalkan mereka. Terakhir, ketika panen jagung dimulai, musim hujan datang dan menyebabkan banjir parah yang sewaktu-waktu dapat menenggelamkan pulau tersebut. Pria tua itu menyelamatkan cucunya dengan sesampan penuh jagung. Sedangkan dirinya sendiri ... hanyut terbawa banjir. Ya, tamat riwayatnya di filem itu.

That's all.

Filem tanpa percakapan ini, kalau pun ada percakapan hanya terjadi sekali dua, yang membikin Martozzo dan Kiki terbahak-bahak. Kata Martozzo begini, "Filem apa iii, lihat pulau, tanam jagung, pas panen dia mati."

Sampai Corn Island ternyata menyabet penghargaan pun saya pikir mungkin karena makna-makna lain dari filem ini. Makna itu antara lain:

1. Cinta


Cinta yang indah dari seorang kakek kepada cucunya. Cinta itu yang membikin si kakek melindungi si cucu yang yatim-piatu, memberinya makan, mengajarinya tentang jagung, dan lain sebagainya.

2. Prinsip


Ketika pria tua di dalam Corn Island berprinsip untuk melindungi si prajurit, dia akan melindunginya meskipun nyawa sendiri menjadi taruhannya (jika ketahuan para prajurit yang mengejar).

3. Sacrifice


Pengorbanan. Ini luar biasa. Pria tua ini berkorban asalkan cucunya selamat dari banjir. Saya jadi ingat pengorbanan Constantine yang dianggap bunuh diri lagi oleh Lucifer dalam filem Constantine. Pengorbanan itu sesuatu yang langka.

Baca Juga: The Nun

Bagi kalian yang belum menonton filem ini, cobalah menontonnya. Bagi kalian yang sudah menonton filem ini, bagi tahu donk makna lain yang kalian tangkap dari filem senyap ini. Siapa tahu pendapat kita berbeda.

Liburan masih panjang ... mari berdoa agar mendung segera pergi agar rencana jalan-jalan dapat terwujud hehe.



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak