Jembatan Gantung yang Cihuy

Jembatan gantung yang cihuy!

Adalah hal yang paling menyenangkan bisa bekerja sebagai kuli-tinta-kampus di Universitas Flores (Uniflor) sejak awal sampai saat ini. Saya ditempatkan di UPT Publikasi dan Humas yang tugasnya meliput ragam kegiatan kampus, membuat berita untuk dipublikasikan di koran lokal Flores Pos (yang sekarang kerjasamanya belum diperpanjang) serta di website dan akun media sosial Uniflor seperti Facebook dan Twitter, mendokumentasikan kegiatan sekaligus mengarsipkannya, termasuk berhubungan dengan wartawan-wartawan untuk kegiatan Uniflor yang butuh publisitas besar-besaran. Selain saya, ada Kakak Rossa (asal Solo tapi menikah dengan Orang Ende) sebagai rekan seperjuangan malang-melintang di dunianya UPT Publikasi dan Humas. Selain yang sudah saya tulis di atas, tugas kami masih banyak, diantaranya menerima ragam artikel ilmiah yang bakal dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Indikator, mewawancarai para doktor dan disertasi mereka, serta kadang-kadang memecah disertasi menjadi beberapa buku. 

Baca Juga:

Sabtu (28/7/2018) saya bertugas meliput kegiatan peserta KKN Universitas Flores T.A. 2017/2018 di SMPN Satap Koawena, Kelurahan Rewarangga, Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende. Ini atas permintaan Ross, salah seorang peserta KKN di Kelurahan Rewarangga, tapi juga sekaligus tugas saya sebagai anggota pantia KKN bagian publikasi dan dokumentasi. Awalnya saya pikir sekolah ini berada di pinggir jalan dalam bayangan perjalanan menuju KM 14 tempat saung jagung manis rebus dijual. Jadi ... aman saja lah. Kamera ready, HP ready, dan Oim Hitup (motor matic andalan saya) juga ready. Mari kita berangkat! Eh, maksudnya, saya pun berangkat!



Pukul 08.30 Wita saya memacu Oim Hitup cukup santai, sambil menikmati udara pagi dan pemandangan sepanjang perjalanan yang ... kalau kalian pernah ke Pulau Flores pasti tahu sepanjang jalan itu banyak kebun, sawah, hutan, dan perkampungan. Lagipula masih pagi ini, tidak seru kalau ngebut. Asyik lah perjalanan santai begini. Tiba di cabang menuju sekolah tersebut saya bertemu beberapa peserta KKN yang sedang menunggu teman lainnya. Perasaan saya menjadi mendadak dangdut tidak enak. Eh ... betul ternyata.

SMPN SATAP KOAWENA ITU BERADA DI SEBERANG SUNGAI YANG DIHUBUNGKAN DENGAN JEMBATAN GANTUNG!

Ngeri mendengarnya. Tapi ini tugas alias pekerjaan kan, jadi harus dijalani. Maka saya memacu Oim Hitup menuju si jembatan yang penampakannya bisa kalian lihat di awal pos; jembatan gantung warna kuning. Duh Tuhan, lutut sudah gemetar duluan karena ini jembatan gantung yang kalau dipakai jalan kaki saja pasti berayun-ayun menggetarkan kalbu. Bismillah. Menarik gas Oim Hitup dengan mantap, melaju di atas jembatan, rasanya tempurung lutut pindah ke ulu hati karena jembatan berayun kencang! Semakin ke tengah semakin kencang diiringi suara gemuruh beradunya papan kayu dan besi yang ngalah-ngalahin suara emak-emak kalau duitnya hilang. Ada pikiran: bagaimana kalau jembatannya rubuh? Memang jatuhnya ke bawah, tapi jatuh dari ketinggian seperti itu tentu menghasilkan cerita tersendiri. Hahaha.

Bagi masyarakat setempat dan para guru di sekolah itu, jembatan gantung bukan sesuatu yang horor karena mereka menyeberangi si jembatan setiap hari. Tapi bagi yang baru pertama kali, betul-betul pengalaman seru. Kalian harus mencobanya sendiri.

Tiba di sekolah tersebut kegiatan belum dimulai. Sempatlah hang out sebentar ke sana kemari, memerhatikan murid cowok yang lagi mengobrol. Saya perhatikan, meskipun mereka tinggal jauh dari kota tapi mereka sangat bersih dan cukup bergaya. Tutur bahasa pun bagus. Salut.

The cowoks yang tidak kalah sama anak kota.

Sekolah ini terletak di lereng bukit sehingga kondisinya naik-turun, ada bangunan yang di atas, ada bangunan yang di bawah. Dan di sampingnya ada sebuah sekolah dasar. Mungkin ini yang membikin namanya jadi satu atap (Satap) tadi. Saya membayangkan jika upacara, bagaimana formasi mereka berdiri? Lahan yang lapang hanya sedikit di bawah pohon mangga. Pasti sulit mengaturnya. Ini yang membikin saya selalu bangga sama sekolah-sekolah yang ada di luar Kota Ende, guru dan murid tidak mengeluh tentang kondisi topografinya, kalau mengeluh paling mengeluh kondisi bangunan sekolah dan perangkat belajarnya. Tapi yang saya lihat tadi, kondisi bangunan sekolah bagus loh, meja dan bangku di ruang kelas juga dalam kondisi baik dan terawat.

Kegiatan (diadakan di laboratorium IPA; sepertinya begitu) kemudian dimulai dengan acara pembukaan: Menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, sejumlah sambutan, dan kemudian sosialisasi tentang LKTD: Latihan Kepemimpinan Tahap Dasar. Saya suka melihat cara mahasiswa berkomunikasi dengan para guru dan murid, juga menyampaikan materi dengan gaya yang mudah dipahami oleh para murid. Bagus sekali. Oia, peserta KKN di Kelurahan Rewarangga merupakan peserta KKN kelas pekerja. Dulu sekitar tahun 2013 kelas pekerja yang KKN di Desa Kurusare, Lepembusu-Kelisoke, malah membangun rumah baru untuk salah satu penduduk di sana. Duh jadi kangen sama Mama Sisi si pemilik rumah hehehe.

Ross: si MC. Dia karyawati Uniflor yang juga kuliah, istri seorang Perwira Polisi yang sudah dikaruniai 3 anak. Tapi masih cantik dan berjiwa muda. Salut!

Selain sosialisasi banyak sudah yang dilakukan oleh peserta KKN ini diantaranya kerja bakti (ini paling utama dilakukan), membikin tempat sampah, dan lain sebagainya. Usai meliput saya pun kembali ke kampus. Tapi mata sulit menolak melihat pemandangan di bawah ini:


Karena lapar, saya mampir di Warung Damai (Wede) dulu, mengisi perut dengan telur dadar spesial. Ini telur dadar andalan Pak Devi yang bikin saya ketularan; secara selaras sama diet DEBM kan.

Telur dadar spesial; irisan bakso, daging ayam suwir, dan ditabur keju.

Telur dadar ini hanya bisa saya makan setengah porsi hahaha. Harganya Rp 25.000 dan bikin kenyang maksimal!

Akhirnya selesai juga kegiatan hari Sabtu kemarin. Semacam balas dendam karena Jum'at-nya hanya bisa tepar gara-gara kaki mengalami ke-ngilu-an yang dahsyat. Jadi, kalau ada yang tanya apa pekerjaan saya ... saya hanya anak bawang di Uniflor yang disebut kuli-tinta-kampus. Hehehe.

Semangat Senin, kawan!


Cheers.

7 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Asyk ya kak jadi kuli tinta di kampus, dulu pas kuliah mala ikut pers mahasiswa tapi gak begitu aktif. Dan sekarang malah baru suka mulai nulis, pas jadi jurnalis kampus malas bangat, karena emank gak suka yang bad news gitu. Tapi alhamdullah materi jurnalistik banyak dipelajari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik sekali memang jadi kuli-tinta-kampus hehehe. Ya menulis berita kampus memang harus memboosting yang prestasi-prestasi :D

      Hapus
  2. Wah saya baru baca sekilas, karena pandangan saya dibuyarkan dengan jembatan cantik seperti di lembah Baliem Wamena Papua. Ternyata di Flores Juga ada.. Kagum...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Flores banyak, apalagi di Kabupaten Ende hehehe karena ada daerah satu dan lainnya yang dipisah sungai/kali hehehe. Salah satu solusi ya jembatan gantung begini ...

      Hapus
  3. Kayak di lembah baliem wamena papua.

    BalasHapus
  4. Kalo isinya komplit begitu, itu namanya Telus Dadar super super spesial :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahah telur dadar favorit banyak orang :D

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak