Es Gula Moke


"Kakak Ibu Tuteh, mau minum kopi?" tawar Ferdianus Rega, founder Komunitas Sokoria Kopi, semalam, saat saya sedang duduk di mejanya mengecek T-Journal dan daftar peserta Lomba Mural di meja depan tenda pamerannya. Iya, ceritanya ini masih dari Triwarna Soccer Festival

"Sudah dua gelas kopi susu. Cukup kopi untuk hari ini. Kalau ada yang dingin, boleh," jawab saya sambil membayangkan sedikit informasi tentang Komunitas Sokoria Kopi pada pos tentang Be Art ini.

"Ada es gula moke," tawarnya dengan wajah ramah. "Gratis untuk Kakak Ibu."

"Boleh!"

Baca Juga: Arekune

Tampang gratisan saya langsung menyala begitu mendengar kata gratis. Hahaha. 

Apa Itu Moke?


Untuk tahu tentang moke, silahkan baca pos Aimere, Tak Hanya Moke atau pos Moke, Aimere. Tapi sekadar informasi, moke merupakan minuman keras tradisional khas Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diolah dari nira pohon lontar. Moke juga disebut minuman yang menyehatkan, sebenarnya, apabila diminum secukupnya, terutama bila telah direndam dengan ginseng. Dari lini adat-istiadat, moke merupakan minuman wajib dari Suku Lio (menulis dari sudut Kabupaten Ende). Membangun rumah, upacara adat, pernikahan, dan lain sebagainya, moke selalu ada. Satu atau dua sloki itu wajar, berlebihan bakal bikin mabuk dan lupa diri.

Es Gula Moke


Secangkir es gula moke hadir di hadapan saya. Wah, harus segera saya coba. Yakin ini bukan kopi-moke yang pernah diminum teman. Bagaimana rasanya? Dingin ... haha. Ada rasa gula merah cair atau seperti rasa gula Sabu, dan sedikit sekali rasa moke-nya. Great! Ini minuman segar yang pasti dicari kalau siang hari. Betul, sangat cocok diminum siang hari saat tubuh sedang letih. Karena kandungan gula cair itu baik untuk tubuh, kata Mamatua.

Kalau kalian belum tahu, gula Sabu merupakan gula khas yang diproduksi di Pulau Sabu. Bagaimana pembuatannya? Belum saya tahu pasti karena belum lengkap informasi tentang gula Sabu ini, harus bertanya lebih lanjut kepada teman-teman Orang Sabu. Semoga saya bisa menulis tentang gula Sabu ini ya, kawan. Karena gula Sabu yang diseduh dengan air panas itu dulu pernah menjadi minuman saya setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.


By the way, saya menulis pos ini pagi buta setelah balik dari Stadion Marilonga. Jadi, saya belum bisa menulis keputusan siapakah pemenang Lomba Mural yang harusnya berakhir kemarin. Ya, atas pertimbangan dewan juri, pengumuman akan dilaksanakan Senin, 11 Maret 2019, pukul 14.00 Wita. Nantilah saya bakal pos tentang para pemenang Lomba Mural. Tapi, boleh donk saya foto duluan di salah satu bidang yang dilombakan:


Berlatar hasil mural salah seorang peserta bernama Anggi, bertema burung Gerugiwa. Gerugiwa merupakan burung khas yang ada di Taman Nasional Kelimutu. Dan, termasuk satwa yang dilindungi. Inilah burung kebanggaan kami.

Baca Juga: Laut Belakang Sekolah

Bagaimana dengan cerita kalian, kawan?



Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak