New Project

Entahlah. Ratusan kali mencoba tapi hasilnya pasti stopped in the middle of the process. Betul kalo banyak yang bilang, "kau tidak bakat jadi Penulis!"
Aaaaaaaaaa! T berbakat menulis kok! Nulis blog maksutnya hehehe. Nulis buku sih... jaooooooh. Nggak sanggup. Yang ini T sebut New Project. New project YANG KE-SEKIAN. Hahaha. Banyak amat new project-nya sampe nggak bisa ngitung! Entahlah. Mungkin new project yang satu ini juga hasilnya stopped in the middle of the process (meski dalam hati berharap hasilnya; new book from Tuteh Pharmantara, terbitan -nama Penerbit di Indonesia- haha).
Tadi malam makan malam besar keluarga Jorbyn. Semua anggota keluarga berkumpul. Kecuali Bapak. Tentu saja! Rupanya kemarin, setelah kaki gue menginjak tanah Ende, nggak ada waktu yang bisa gue susupin buat pergi ke makam Bapak. Makanya pagi ini gue diantar Bang Edon pergi ke Jalan Perwira, makam Bapak.
Makan malamnya sih biasa-biasa saja. Kemeriahannya yang nggak biasa. Obrolan kami nggak ada jedanya sama sekali. Mulai dari urusan oleh-oleh lingerie gue buat Perempuan di keluarga kami (kecuali Mama), masalah Politik Cicak vs Buaya (ngeri gue ngomonginnya), rencana ke makam Bapak bareng Bang Edon, perkembangan Tita dan Pepin, sampai ke rencana jalan-jalan ke luar kota di hari Minggu. Pastinya mereka nodong gue buat cerita soal pekerjaan, teman-teman, dan lain-lain. Nggak semua bisa gue ceritain (karena ada yang pernah gue ceritain lewat blog, status Facebook dan Plurk, email, telepon atua sms). Mana cukup 5 tahun diurai dalam beberapa jam obrolan? Jadi gue cuma cerita yang penting-penting aja.

Nggak mungkin gue cerita tentang seseorang yang nggak berani ambil resiko ber-poligami. Padahal gue siap jadi Istri kedua tanpa nafkah lahir.

Yaaa... 5 tahun gue di jakarta. Tiap hari berharap dia memberi kabar, "Dek, merit yuk? Be my second wife..." yang pasti sia-sia. Karena dia nggak berani bilang begitu, meski untuk menelepon (bahkan bertemu) pasti dilakoni.

Jadi 5 tahun ini gue jalani mimpi. Kalo jaman dulu istilahnya; melangkah di atas awan (kayak judul sinetron ya). Setengah mati gue harap dia kawinin gue, setengah mati dia tutup hubungan kami dari Istrinya. Setengah mati gue tutup urusan gue ke Jakarta dari keluarga dan ngasih alasan dapat kerja (thanks God akhirnya emang gue kerja di Grebooks) di Jakarta, setengah mati dia harap gue nggak pulang Ende. Setengah mati gue cinta dia, setengah mati dia sayang gue. Ya... semuanya setengah mati. Hasilnya setengah-setengah.

Krecepooos... mo lanjutin ceritanya tapi nggak sanggup. Mati ide, mati gaya. Hwakakaka. Oia, met Hari Pahlawan; 10 November 2009. Kata Indra, "Hari Pahlawan kali ini kok berasa sepi ya, Ncim?"

Sore ini nggak nonton Medina Kamil dah.


Wassalam.

3 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. *mbayangin melangkah di atas awan tu bagemana pula caranya*

    mbaaakkk apa hubungannya neh cerita berujung jadi selamat hari pahlawan to? satu berjuang merebut kemerdekaan, satunya berjuang merebut posisi jadi second wife yah wkwkwkw
    MERDEKA!!!

    BalasHapus
  2. Menulis saja sis, aku akan membacanya heheheh..
    salam

    BalasHapus
  3. bener,,, berceloteh ajah. putput juga pan gitu teyh ^0^

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak